Tradisi nginang atau menyirih rasanya memang sudah ada sejak dahulu kala. Bahkan di Indonesia sendiri tradisi ini sudah dikenal sejak lama. Sebenarnya kebiasaan nginang tak hanya ada di Indonesia saja. Namun di negara lain juga memiliki tradisi menyirih ini.
Walaupun begitu mungkin saja keberadaan tradisi nginang untuk saat ini sudah mulai berkurang karena adanya beberapa kebiasaan lain seperti merokok dan sebagainya. Nah dalam artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang budaya menginang termasuk beberapa negara yang memiliki tradisi tersebut.
Dilihat dari sejarahnya, budaya menyirih berasal dari dari negara India. Akan tetapi selain di India kebiasaan menyirih juga sudah mulai dikenal oleh masyarakat Asia Tenggara seperti Malaysia hingga menyebar ke Indonesia.
Ada juga bukti arkeolog menyebutkan jika bersirih tertua telah ditemukan di Gua Roh Thailand. Sedangkan untuk Indonesia sendiri, kebiasaan menginang memang sudah dikenal sejak dulu oleh masyarakat. Mulai dari Sumatera termasuk daera Nias yang memang memiliki kebiasaan bersirih, Sulawesi, Maluku hingga Papua. Di pulau Jawa, kebiasaan menyirih juga dilakukan oleh para orang tua zaman dahulu.
Selain itu di Filipina tepatnya di Gua Duyong juga ditemukan sebuah bukti jika kebiasaan menyirih sudah ada sekitar 3000 tahun dahulu di negara tersebut. Lalu negara seperti China, Sri Lanka, Pakistan, Papua New Guinea, Taiwan, Myanmar juga memiliki kebiasaan menyirih ini.
Desa Sade : Destinasi Wisata Yang Wajib Dikunjungi Di Lombok Selain Pantai
Mengenal Suku Karen Di Desa Wisata Baan Tong Luang Chiang Mai
Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika menyirih atau nginang adalah suatu kebiasaan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Asia Tenggara sejak berabad-abad lalu. Untuk lebih tepatnya memang tak bisa diketahui. Namun di Indonesia sendiri, kebiasaan menyirih sudah dilakukan sejak lama.
Dimana untuk menyirih bagi masyarakat Indonesia biasanya akan melalui beberapa proses seperti menumbuk, menghancurkan atau membelah biji pinang. Setelah itu biji pinang akan dilinting atau dibungkus dengan daun sirih.
Di Indonesia sendiri kebiasaan menyirih terkadang diberikan beberapa penguat rasa seperti menambahkan rempah-rempah, perasan jeruk, kapur atau tembakau. Nantinya setiap bahan yang sudah dicampur jadi satu akan dikunyah serta dihisap. Untuk rasanya sendiri seperti sedikit pedas, sepat dan manis.
Siapa sangka jika kebiasaan menyirih atau menginang juga bisa memberikan manfaat untuk kesehatan gigi dan sistem pencernaan. Hal ini tak lain karena mengunyah daun sirih dengan biji pinang bisa menjadi pemicu terjadinya produksi air liur.
Air liur sendiri memiliki beragam jenis protein dan mineral yang baik untuk bisa menjaga kekuatan gigi serta mencegah terjadinya penyakit pada bagian gusi. Selain itu, air liur juga bisa membersihkan gigi dan gusi dari adanya sisa makanan atau kotoran yang menempel.
Sedangkan untuk sistem pencernaan, air liur memiliki fungsi untuk bisa mengikat dan melembutkan makanan. Dengan begitu tentunya Anda bisa menelan serta mengirimkan makanan lebih lancar ke area kerongkongan, usus dan lambung. Tentunya hal ini akan menjadikan sistem pencernaan Anda bisa bekerja dengan mudah dan baik.
Tak hanya itu saja, menyirih juga diyakini sebagai sumber energi. Dimana di dalam biji pinang mengandung zat psikoaktif yang mirip seperti nikotin, alkohol dan kafein. Tubuh juga akan semakin mudah memproduksi hormone adrenalin yang bisa membuat Anda semakin terlihat segar, waspada serta berenergi.
Walaupun tradisi menyirih memiliki beberapa manfaat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun para ahli kesehatan masyarakat mulai menyuarakan kekhawatiran terkait dengan bahaya menyirih. Bahkan ternyata kegiatan menyirih bisa menyebabkan beberapa resiko adanya penyakit kronis lho.
Nah untuk lebih jelasnya Anda bisa membaca di bawah ini.
Kegiatan menyirih bisa menyebabkan resiko tinggi akan penyakit kanker terutama pada bagian mulut. Hal tersebut dipicu dari adanya campuran daun sirih, biji pinang, kapur serta tembakau yang memiliki sifat karsinogenik atau bisa memicu terjadinya kanker.
Ketika dikonsumsi terlalu sering dalam jangkauan waktu yang cukup panjang akan bisa menyebabkan adanya kondisi resiko kanker mulut, kanker esofagus atau kerongkongan, kanker tenggorokan, kanker laring dan kanker pipi.
Terlalu sering mengunyah sirih pinah juga bisa meningkatkan risiko lesi mukosa mulut atau munculnya luka pada bagian rongga mulut. Luka atau iritasi tersebut bisa terbentuk karena adanya campuran bahan menyirih yang bersifat keras bagi mulut.
Apalagi ketika Anda memang salah satu orang yang memiliki kebiasaan menyirih dan tak bisa dihentikan. Maka hal tersebut akan menimbulkan efek buruk datang lebih cepat dan sulit untuk ditangani.
Ketika kondisi sudah cukup parah, maka mulut akan terasa kaku hingga rahang akan sulit untuk digerakkan. Hingga saat ini memang belum ada obat yang bisa menyembuhkan lesi mukosa mulut. Dan untuk pengobatan yang ditawarkan hanya bisa memberikan efek peringanan gejala yang muncul.
Sampai saat ini masih banyak yang belum tahu jika ibu hamil harus waspada terhadap bahaya menyirih. Dimana kebiasan menyirih ketika hamil akan meningkatkan perubahan genetik pada DNA janin. Perubahan genetik akibat kegiatan menyirih ini bisa begitu membahayakan bagi kondisi kandungan.
Sama seperti kebiasaan merokok yang bisa mengakibatkan kecacatan pada janin yang dikandung. Selain itu ibu hamil yang memiliki kebiasaan menyirih juga bisa menyebabkan adanya resiko melahirkan bayi dengan berat dibawah batas normal. Oleh karena itu penting bagi ibu hamil untuk tidak melakukan kegiatan menyirih.
Menginang tentunya membutuhkan beberapa bahan yang dibutuhkan. Beberapa bahan yang biasanya digunakan adalah seperti sirih, kapur, pinang, cengkeh dan gambir. Nantinya setiap bahan tersebut akan dibungkus dengan daun sirih yang kemudian akan dikunyah. Karena mengunyah bahan-bahan tersebut, biasanya mulut dan gigi akan berubah menjadi merah.
Setelah sebelumnya sudah dijelaskan beberapa bahan baku yang digunakan untuk menginang. Nah untuk lebih jelasnya lagi berikut adalah beberapa filosofi dari setiap bahan yang digunakan untuk menginang.
Di beberapa daerah kegiatan nginang tak hanya dilihat seperti sedang melakukan kegiatan mengunyah saja. Namun ada beberapa daerah yang menjadikan kegiatan menginang sebagai sebuah simbol buaya tertentu.
Misalnya seperti di daerah Papua, sirih dan bahan lain akan disajikan kepada para tamu yang datang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyambutan para tamu. Lalu di daerah Sumatera, sirih juga digunakan sebagai bentuk undangan pernikahan.
Caranya hanya dengan membawa sehelai daun sirih ke tempat yang akan diundang dalam acara pernikahan tersebut. Selain itu dalam upacara pernikahan, keberadaan sirih dan bahan lainnya juga akan diletakkan pada sebuah wadah carana yang berada di atas sulam emas. Dimana hal tersebut bisa menjadi simbol akan rasa tulus dan sikap hormat.
Itulah rangkuman lengkap tentang tradisi nginang yang sudah ada sejak dahulu di Indonesia.
Terletak di kaki Gunung Lawu, Air Terjun Srambang Park Ngawi menawarkan keindahan alam yang luar…
Kami mengajak Anda untuk mengeksplor ketan durian, khas Wonosalam, Jombang. Ini adalah paduan sempurna antara…
Jawa Timur terkenal sebagai pusat durian terbaik di Indonesia. Wisata Durian Wonosalam di Kabupaten Jombang…
Di Bali, tempat sesajen sangat penting. Mereka menghubungkan manusia, alam, dan Tuhan. Pura Bali, rumah…
Belly dance, atau tari perut, berasal dari Timur Tengah, terutama Mesir. Ini adalah seni tarian…
Kami, masyarakat suku Dayak di Kalimantan, memiliki tradisi kuping panjang yang unik. Ini telah menjadi…