Peringatan malam 1 Suro menjadi salah satu peringatan yang populer di Indonesia khusunya pada masyarakat di tanah Jawa. Peringatan dari hari tersebut sudah dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Walaupun ditengah gempuran arus modernisasi yang semakin kuat melanda, peringatan tradisi ini masih menghadirkan cerita yang tidak akan pernah membosankan untuk selalu disimak.
Salah satu hal yang berkaitan sangat erat dengan peringatan malam 1 Suro tersebut adalah hadirnya bubur Suro yang dibuat menjadi kuliner utama pada peringatan tersebut. Lalu apa saja sih makna dari setiap elemen yang tersaji pada tradisi bubur Suro tersebut? Berikut ini merupakan ulasan informasi selengkapnya untuk Anda.
Jika membicarakan peringatan malam 1 Suro, maka hal itu merupakan sebuah peringatan 1 Muharram yang dalam tarikh Islam disebut sebagai 1 Asyura. Peringatan tersebut dirayakan oleh masyarakat tanah Jawa dengan cara yang sudah membudaya dari berabad-abad lalu dan memiliki makna filosofis yang sangat kuat, kental, dan juga kaya.
Selama ini peringatan malam 1 Suro sering disalah pahamkan dengan hal-hal yang mistis. Sebab banyak orang yang salah paham karena mengira bahwa ketika membuat bubur Suro maka hal ini berhubungan dengan sesajen dan ritual yang berhubungan dengan makhluk halus. Padahal hal ini sama sekali tidak benar.
Tidak dapat dipungkiri Indonesia sebagai suatu negara yang kaya sekali dengan kebudayaan dan keberagaman juga memiliki bentuk kekayaan lain yang berupa tradisi. Dan tradisi malam 1 Suro menjadi salah satu bukti betapa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa.
Seperti kebanyakan tradisi masyarakat Jawa yang lain, ritual atau perayaan pasti selalu memiliki elemen atau unsur kuliner yang menjadi sebuah lambang atau ikon dari perayaan tersebut. Dan untuk tradisi perayaan malam 1 Suro, yang menjadi lambang atau ikon dari perayaan tersebut adalah bubur Suro. Pada masyarakat Jawa, sajian kuliner bubur Suro dihadirkan menjelang malam hari pada tradisi malam satu Suro tersebut. Malam hari yang dimaksudkan berdasarkan hitungan Jawa adalah setelah pukul 4 (empat) sore. Setelah melewati pukul 4 (empat) sore maka sudah dianggap memasuki hari esok yaitu, satu Suro tersebut.
Bubur Suro menjadi salah satu bentuk ubo rampe atau unsur dalam perayaan tradisi malam 1 Suro yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sejak dari berabad-abad lamanya. Bubur Suro ini terbuat dari santan, beras, garam, jahe, dan juga sereh. Jika dirasakan, bubur Suro ini identik dengan rasa gurih dan juga diselingi rasa asin dan pedas. Namun, tetap nikmat untuk disantap.
Ubo rampe atau unsur pertama dalam bubur Suro yang digunakan untuk peringatan malam 1 Suro adalah adanya 7 jenis kacang. Jenis kacang tersebut diantaranya adalah kacang tanah, kacang hijau, kacang mede, kacang bogor, kacang tholo, kedelai, dan juga kacang merah.
Dalam sebuah sajian bubur Suro, hadirnya 7 jenis kacang ini menjadi suatu hal yang tidak boleh terlewatkan dan wajib ada dalam setiap sajiannya.
Bubur Mang Dudung Kulier Wajib Malam Hari
Es Bubur Kacang Ijo Klenteng Jombang. Terlegend!
Dalam bubur Suro, juga dihadirkan sirih lengkap. Untuk maknanya sendiri, daun sirih menggambarkan penghormatan kepada para keluarga dan juga leluhur yang telah mendahului kita di generasi sebelumnya. Sirih ini diletakkan dalam sebuah tembaga.
Kembar mayang yang hadir dalam ubo rampe bubur Suro ini terdiri atas bunga mawar merah, kemudian mawar putih, rangkaian bunga melati, dan juga daun pandan. Kesemua nya harus berjumlah 7 buah masing-masing.
Ubo rampe lain yang dihadirkan dalam bubur Suro untuk malam 1 Suro adalah keranjang buah. Keranjang buah ini diisi oleh 7 macam buah-buahan. Dan masing-masih buah berisi 7 biji.
Biji-bijian ini dihadirkan dalam bentuk biji buah delima.
Untuk opor ayam sendiri merupakan sajian lauk atau sayur yang menjadi menu wajib sebagai pendamping bubur Suro. Tidak ada penjelasan mengenai makna dari opor ayam sendiri, yang jelas sudah sejak lama sayur yang digunakan selalu opor ayam dan memasaknya juga harus dalam keadaan sampai ayam tersebut mlekoh atau benar-benar empuk.
Selain opor ayam, pendamping lain dalam bubur Suro ini adalah labu siam. Biasanya labu siam dihadirkan sebagai pendamping dari opor ayam ini dengan cara dimasak tumis. Selain itu, labu siam juga dimasak dengan cita rasa yang pedas.
Beberapa ubo rampe sebagai pelengkap untuk bubur Suro memang disediakan dalam jumlah yang selalu (tujuh), mengapa demikian? Hal ini dikarenakan 7 memiliki simbol jumlah hari dalam satu minggu. Yang bermakna jika setiap hari kita harus memiliki tekad dan niat yang baik dalam bertindah setiap harinya.
Terlepas dari urusan tradisi dan budaya, bubur Suro yang selalu hadir dalam perayaan malam 1 Suro memang telah menjelma sebagai sebuah bentuk warisan kuliner yang mendarah daging dari generasi ke generasi. Yang mana warisan kuliner ini harus selalu kita lestarikan agar generasi di masa mendatang bisa terus mengetahui, memaknai, dan melakukan tradisi ini yang sebenarnya memiliki filosofi yang baik bagi kehidupan khususnya dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, itulah ulasan mengenai 7 unsur elemen yang disajikan dalam tradisi malam 1 Suro khusunya pada hal kulinernya yaitu bubur Suro. Bagaimana, apakah Anda sudah termasuk salah satu orang yang memaknai tradisi tersebut?
Tempat belanja jastip di bangkok - Bangkok, ibu kota Thailand, dikenal sebagai surganya pemburu barang…
Bangkok, ibu kota Thailand, terkenal dengan mall-mall mewah dan modern. Mereka menawarkan pengalaman berbelanja, kuliner,…
Selamat datang di Jakarta, ibu kota Indonesia yang kaya akan pasar tradisional dan modern. Jakarta,…
Di Jakarta, kita bisa menemukan surga kuliner yang tak tergantikan. Mulai dari Monas hingga Kota…
Selamat datang di petualangan kuliner kekinian di Jakarta! Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, menawarkan banyak…
Hal wajib yang tidak boleh ketinggalan untuk dibeli ketika ke Bandar Lampung adalah oleh oleh.…