20 Makanan Khas Papua yang Enak Banget dan Jarang Orang Tau
Makanan khas Papua sebagian besar terbuat dari tepung sagu. Bagi yang tidak terbiasa dengan itu mungkin akan menganggap rasanya kurang cocok di lidah. Padahal, jika lebih digali tidak semuanya demikian.
Papua adalah sebuah pulau yang terletak di Indonesia Timur dengan luas hampir 810 ribu km2. Potensi wisata alam di sana sangat besar, apalagi didukung dengan kondisi alamnya yang indah. Adat istiadat dan budayanya pun masih kental, sehingga menambah kekhasan sendiri. Membuat para traveler tertarik untuk menelusuri pulau nan istimewa itu.
Selain mempunyai keindahan alam yang eksotis, santapan dan oleh-oleh dari sana tidak kalah mengagumkan. Karena makanan pokok masyarakat Papua adalah sagu, hampir semua sajian di sana menggunakan bahan tersebut. Itu membuat kuliner dari Pulau Cendrawasih terkesan unik karena tidak dimiliki kota-kota lain.
Di samping sagu, ada pula bahan-bahan ekstrem lainnya yang mungkin tidak kita duga-duga. Meskipun memakai bahan baku yang aneh, tapi terkadang rasanya justru amat lezat. Berikut rekomendasi kuliner yang patut dicoba ketika Anda menginjakkan kaki di Tanah Mutiara Hitam:
Ikan Bakar Manokwari
Kuliner ini berbahan dasar ikan tongkol dan semacamnya yang disajikan secara unik. Jika di tempat lain menggunakan bumbu kecap, ikan bakar dari Ibukota Provinsi Papua Barat tersebut disajikan bersama rempah yang digiling kasar. Jadi, ikan dilumuri perasan jeruk nipis, lalu dibakar. Setelah itu, diletakkan pada piring saji dan diberi bumbu di atasnya. Biasanya dinikmati sebagai pendamping nasi putih hangat.
Di Manokwari, menu itu terkenal memiliki cita rasa pedas yang unik karena memanfaatkan cabai khas Kota Injil.
Pentol Gemes : Bakso Isi Yang Cocok Jadi Sahabat Ngunyahmu!
Makan Di Kimbap Rina: Kedai Halal Khas Korea
Papeda
Salah satu makanan pokok yang digemari penduduk Papua ini berbahan utama sagu. Makanan tersebut cukup terkenal di Indonesia karena sering dipromosikan ke luar daerah. Tampilannya menyerupai bubur yang dimasak dengan bumbu berkuah kuning. Tak hanya itu, supaya tetap menarik, penyajiannya sering dimodifikasi.
Papeda biasa dihidangkan bersama kuah bening dan ikan kembung atau peda bakar. Terkadang sebagai alternatif, diganti dengan kelapa tua mentah atau ikan kuah kuning. Di samping presentasinya yang apik, cara menyantap kuliner tersebut juga unik. Karena memanfaatkan gata-gata, yakni alat yang terbuat dari bambu untuk menggulung papeda dari piring.
Rasanya sendiri lumayan unik. Bagi yang belum terbiasa, pasti akan merasa hambar dan cukup terganggu dengan teksturnya yang serupa dengan lem. Belum lagi bila bau sagunya masih menyeruak. Tapi, yang sudah ‘beradaptasi’ dengan rasanya, pasti akan ketagihan. Apalagi, papeda sangat menyehatkan karena mengandung banyak serat, rendah kolesterol dan bergizi.
Ikan Bungkus
Sesuai namanya, makanan ini berupa ikan berbumbu yang dimasukkan ke dalam bungkusan. Berbeda dengan pepes yang telah masyhur dimana-mana, sajian tersebut dikemas menggunakan daun talas. Ikan yang dipilih pun menyesuaikan selera pembuat. Proses memasaknya cukup mudah, setelah dibersihkan, bahan utama diberi bumbu rempah dan garam.
Itu berguna untuk memberi rasa asin sekaligus menghilangkan getah pada pembungkusnya. Kemudian dibakar dengan api kecil sampai matang.
Sate Ulat Sagu
Sate anti-mainstream tersebut cukup terkenal di kalangan wisatawan. Jika di daerah Anda, rata-rata terbuat dari daging ayam atau kambing, Papua justru memakai bahan yang tidak biasa, yaitu ulat sagu. Koo, sebutan hewan itu, bagi masyarakat Indonesia pada umumnya mungkin sangat menjijikkan dan tidak layak dikonsumsi.
Tapi, untuk warga Papua, Koo diyakini sebagai makanan yang bergizi dan mampu menambah energi. Di dalam dagingnya terdapat kandungan protein yang cukup tinggi, asam glutamat, asam aspartat, lisin, tirosin dan methionin. Ulat sagu mudah ditemukan, terutama di pohon-pohon yang sudah tua dan lapuk atau dipasar.
Biasanya, masyarakat pribumi menyantap hewan tersebut langsung dari pohonnya. Kalau Anda tidak berani, bisa mencoba yang sudah diolah seperti sate ulat sagu ini. Ada rasa manis dan asin yang dihadirkan. Tekstur dari dagingnya sendiri keras di luar dan lunak di dalam. Silakan datang ke Raja Ampat untuk icip-icip sambil menikmati panorama alamnya.
Abon Gulung
Kota Sorong memiliki hidangan yang sesuai untuk lidah masyarakat Indonesia, yaitu abon gulung. Berbeda dengan roti gulung pada umumnya, jajanan yang cukup terkenal di Kota Minyak ini berukuran lebih besar. Tidak hanya itu, abon yang tersimpan dalam rotinya pun sangat banyak dan membuat rasa gurihnya semakin kuat.
Roti berbentuk bulat lonjong dengan warna kecoklatan tersebut juga ditaburi wijen untuk mempercantik presentasinya. Anda bisa mendapatkan abon gulung di toko kue atau oleh-oleh di Sorong. Tapi, perlu diperhatikan bahwa makanan ini tidak tahan lama. Jadi, kalau dijadikan buah tangan harus segera dimakan atau disimpan dalam lemari es begitu sampai di rumah.
Kue Lontar
Sepertinya, ini bisa menjadi salah satu makanan khas Papua yang cocok di lidah masyarakat Indonesia. Menurut sejarahnya, kue lontar dibawa oleh para penjajah dari Belanda berpuluh-puluh tahun yang lalu. Namanya bukan diambil dari sebuah tanaman, melainkan dulu kue ini disebut rontart, tapi karena sulit dilafalkan maka masyarakat Papua menggantinya dengan yang sekarang.
Tampilannya sendiri menyerupai pie susu yang merupakan oleh-oleh dari Pulau Dewata. Tapi, camilan berbahan dasar telur ini dicetak menggunakan piring keramik, sehingga hasilnya lebih besar. Kue lontar biasanya dibuat menjelang lebaran dan Natal.
Aunuve Habre
Seperti yang kita tahu, masakan dari Indonesia bagian Timur terbuat dari bahan yang sederhana dan tidak terlalu banyak bumbu yang dipakai untuk menciptakan hidangan lezat. Aunuve habre ini salah satu contohnya. Namanya memang mengisyaratkan bahwa makanan tersebut berasal dari luar negeri. Padahal, sebenarnya merupakan resep khas Papua.
Bahan utama aunuve habre sendiri adalah ikan cakalang. Awalnya, daun talas direbus sampai layu, lalu ikan yang telah dibumbui garam dan asam Jawa dimasukkan. Setelah itu, ikan dibungkus dalam daun talas dan dikukus hingga matang. Rasa yang bergetar di lidah sangat unik, sesuai dengan cara penyajiannya.
Martabak Sagu
Martabak merupakan jajanan yang berasal dari Arab, Malaysia, Singapura serta Indonesia. Panganan tersebut umumnya disajikan dalam berbagai bentuk dan rasa, mulai dari manis sampai asin. Kalau di Papua, martabak terbuat dari sagu dan resep sederhana lainnya. Biasanya, camilan ini disuguhkan untuk menyambut para tamu.
Pembuatannya cukup mudah, bahan utama yang telah halus digoreng, kemudian dicampur dengan gula merah atau gula aren. Rasa yang dihasilkan martabak dari Kabupaten Fak-fak, Papua Barat ini pun sedikit berbeda. Ada manis dan gurih yang mendominasi. Sangat direkomendasikan bagi Anda yang baru pertama kali menyantap hidangan dari sagu.
Kue Bagea
Kudapan dari Ternate, Maluku Utara ini berupa kue kering yang berbahan utama tepung sagu. Berbentuk menyerupai batang pohon yang dipotong-potong dan berwarna putih kekuningan, sebab dicampur dengan kenari. Metode pembuatannya tidak terlalu sulit, cukup mengocok telur ayam dan gula hingga kental, lalu tambahkan kayu manis, cengkeh, kacang tanah dan kenari.
Bila sudah tercampur, bisa dibentuk bulat lalu dipanggang. Selain menjadi pewarna, buah kenari dalam resep itu memberi kenikmatan tersendiri pada kue bagea. Kombinasi semua bahan menghasilkan tekstur yang sedikit keras, tapi rasanya bisa membikin ketagihan. Jika dulu camilan ini dibungkus dengan daun kering, kini telah dikemas menggunakan kertas karton.
Sehingga, dapat dibawa sebagai buah tangan para wisatawan yang berkunjung ke Negeri Mutiara Hitam.
Aunu Senebre
Memiliki nama yang unik, makanan ini dipresentasikan seperti hidangan tradisional dari Papua lainnya. Itu membuat siapa pun yang melahapnya akan merasakan sensasi istimewa, mengingat aunu senebre hanya ada di dataran timur Indonesia. Sesuai penyajiannya, hidangan tersebut terbuat dari bahan-bahan yang sederhana. Seperti, nasi, ikan teri, irisan daun talas dan parutan kelapa.
Uniknya, nasi yang telah digoreng bersama bahan lain tadi dimasak kembali dengan cara dikukus. Begitu matang, aunu senebre dapat disuguhkan bersama umbi-umbian dan papeda. Banyak yang mengira makanan tersebut mempunyai tekstur yang kering, padahal sebenarnya tidak. Dan saat tiba di mulut akan terasa sensasi gurih yang diciptakan irisan daun talas.
Cacing Laut
Sama halnya dengan ulat sagu, mungkin Anda merasa geli mendengar makanan khas Papua ini. Membayangkan bentuknya saja sudah membuat jijik. Tapi, tidak bagi masyarakat Papua Barat. Cacing laut merupakan hidangan lezat yang mengandung banyak nutrisi untuk tubuh. Bahkan, sebagian orang di sana meyakini bahwa menyantap cacing laut bisa meningkatkan keperkasaan dan kejantanan pria.
Biasanya, mereka menyajikan kuliner yang pernah ada di acara pameran potensi budaya daerah Raja Ampat ini dengan cara digoreng, dibumbui balado atau dijadikan sate. Jenis cacing laut yang banyak dikonsumsi adalah insonem. Bentuknya mirip cacing tanah, tapi berukuran lebih panjang, rata-rata mencapai 30 cm. Teksturnya kenyal dan sedikit ulet, seperti daging gurita.
Sagu Lempeng
Di antara kuliner di atas, sagu lempeng merupakan makanan yang benar-benar identik dengan Papua. Mempunyai bentuk seperti batangan persegi panjang dan warnanya merah kecoklatan atau porna. Apabila digigit, akan terasa bahwa teksturnya sangat keras, hampir mirip dengan kue bagea. Sebab, terbuat dari tepung sagu yang dicetak dengan besi, lalu dipanggang.
Proses pemanasan itu bisa mengurangi kadar air, sehingga menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Karena itulah kue ini dapat bertahan lama.
Keripik Keladi
Makanan khas Papua berikutnya berasal dari Kota Sorong. Terbuat dari keladi, yakni umbi yang banyak dimanfaatkan di sana, panganan ini menawarkan cita rasa pedas, manis dan gurih. Tapi, sekarang rasanya semakin bervariasi, sehingga orang-orang tidak bosan dan bisa mencoba kenikmatan yang baru. Keripik keladi tersedia di setiap toko oleh-oleh karena sangat diminati oleh wisatawan.
Colo-colo
Bukan berbahan sagu atau daging, colo-colo adalah semacam sambal yang mempunyai rasa pedas luar biasa. Sebetulnya, makanan itu berasal dari Ambon dan Manado, namun telah menyebar ke hampir seluruh wilayah di Papua. Biasanya, digunakan untuk menemani menu santap siang dan malam hari. Misalnya, tumis kangkung bunga pepaya, ikan masak kuah kuning, udang asam manis serta olahan seafood lainnya.
Sebab, rasa pedas yang dibawa sambal tersebut sangat cocok dipadukan dengan hidangan apapun. Ada rasa masam dari jeruk nipis yang memberi sensasi menyegarkan dan membantu menetralkan pedasnya cabai.
Petatas
Lebih dikenal dengan nama ubi jalar, petatas menjadi makanan pokok masyarakat Papua Tengah, khususnya yang tinggal di wilayah pegunungan. Itu dikarenakan tanah di Pulau Cendrawasih tidak subur jika ditanami padi. Di samping itu, mereka juga tidak mampu untuk membeli beras yang harganya mahal karena didistribusikan dari luar daerah.
Menurut mereka, petatas sudah lebih dari cukup untuk santapan sehari-hari. Apalagi, kandungan gizinya tidak jauh berbeda dari nasi.
Es Buah Matoa
Ini sebenarnya bukan termasuk makanan khas Papua, melainkan minuman segar dari pulau tersebut. Bernama unik, es buah ini terbuat dari campuran agar-agar hijau, kolang-kaling, cincau hitam, biji selasih, biji pala serta buah matoa. Bagi yang belum tahu, matoa adalah buah yang mirip dengan kelengkeng, tapi kulitnya lebih hitam. Rasanya manis seperti rambutan.
Nah, setelah bahan-bahan tadi dicampur, es buah matoa diberi hiasan daun pandan dan jeruk limau. Menghadirkan rasa yang manis, asam dan segar, sangat cocok diminum ketika cuaca panas.
Es Kelapa Muda Asam Manis
Jika Anda sudah bosan menikmati es kelapa muda yang biasa, minuman ini mungkin bisa menjadi pengganti. Terbuat dari air kelapa, degan, selasih dan jeruk nipis membuatnya kaya akan rasa. Apalagi setelah diberi sirup gula pasir dan es batu, semakin menambah kesegarannya.
Minuman Sunset Papua
Sunset Papua adalah minuman yang terdiri atas jus jeruk di bagian bawah dan jus wortel di bagian atas. Perpaduan keduanya menciptakan warna yang cerah layaknya matahari terbenam. Itulah yang membuat minuman ini diberi nama ‘sunset’. Rasa asli dari kedua buah tersebut sangat menyegarkan. Tapi, jika Anda suka yang manis-manis, bisa menambahkan gula cair atau sirup.
Sarang Semut
Mungkin nama ini tidak asing di telinga Anda. Sebab, sarang semut di Papua telah terkenal di dalam maupun luar negeri. Sarang itu terbuat dari tanah yang ukurannya sangat besar, mencapai rumah yang ditinggali manusia. Tapi, siapa sangka bila kediaman hewan kecil tersebut bisa digunakan untuk mengobati segala penyakit, mulai dari asam urat, rematik, TBC, tumor dan kanker?
Tidak heran apabila sarang semut banyak dijual hingga ke luar daerah. Bahkan, beberapa apotek di Indonesia pun menyediakannya dalam bentuk kemasan bagus dan kapsul.
Mana kah di antara daftar di atas yang sudah pernah Anda cicipi? Kalau belum, tidak perlu khawatir karena beberapa di antaranya menggunakan bahan yang ‘masuk akal’ untuk sebuah hidangan. Jadi, Anda masih bisa menyantap makanan khas Papua saat berkunjung ke sana.
Udang Selingkuh
Wamena, sebuah kota di Papua memiliki hidangan dengan nama yang cukup unik, yaitu udang selingkuh. Bukan mendeskripsikan sifat hewan tersebut, kata terakhir diambil dari bentuk dan ukuran capit udang yang besar seperti kepiting. Selain itu, teksturnya padat dan berserat, serupa dengan lobster. Sementara bagian dagingnya lembut serta agak manis.
Hewan bernama latin Cherax albertisii itu memang berbeda dengan udang-udang lainnya, sehingga masyarakat Wamena memberi sebutan khusus. Ia diolah dengan berbagai teknik, seperti digoreng dan direbus. Untuk menambah kenikmatannya, udang selingkuh disuguhkan bersama bumbu saus tiram, saus padang atau saus mentega.
Karena dari segi rasa dan tampilannya menggugah selera, makanan tersebut tidak cuma populer di Lembah Baliem, tapi hampir seluruh daerah di Pulau Cendrawasih.
Haermince says:
Enak, makanan papua,karna saya berasal dari papua.