Makanan khas Kalimantan Tengah kebanyakan lahir melalui tangan masyarakatnya yang berasal dari Suku Banjar dan Dayak. Mereka berani menggunakan bahan-bahan yang unik dan didapat dari alam demi menghidangkan kuliner lezat.
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi terbesar di Pulau Kalimantan. Potensi alamnya yang indah dimanfaatkan sebagai destinasi wisata unggulan oleh penduduk. Di samping itu mereka juga memiliki sajian khas yang rekomended, seperti:
Nenek moyang penduduk keturunan Dayak yang mendiami Kalimantan Selatan pada jaman dulu hidup bersahabat dengan alam. Rimba menjadi sumber penghidupan mereka, sehingga tidak jarang bila flora yang terdapat di dalamnya dimanfaatkan sebagai kebutuhan pangan sehari-hari. Salah satu yang kerap diburu adalah tanaman kelakai.
Ia diyakni mampu menyembuhkan diare, menjaga kulit tetap awet muda dan menambah darah. Kelakai seringkali diolah menjadi jajanan sejenis keripik. Daunnya yang masih muda digunakan untuk bahan pembuatnya. Dibaluri adonan tepung berbumbu dan digoreng pada minyak panas membuatnya memiliki rasa yang gurih dan renyah.
Islamic Centre Samarinda: Masjid Terbesar Di Asia Tenggara Ada Di Indonesia Nih!
Ichi Sushi, Sajikan Masakan Jepang Halal Di Gresik
Sebagian besar alam di Pulau Kalimantan didominasi oleh hutan tropis. Hal itu ternyata memberi pengaruh terhadap makanan sehari-hari mereka. Jika Anda pernah mendengar olahan dari rebung, di Kota Palangkaraya, Kalimantan tengah juga ada hidangan sejenis yang bernama juhu umbut rotan. Bahan utamanya sama, yaitu rotan yang masih muda.
Proses pembuatan makanan khas Kalimantan Tengah ini membutuhkan tenaga ekstra, terutama ketika menghilangkan duri-duri pada batang rotan. Setelah dipotong kecil-kecil dan dicampuri bumbu rempah, bisa dimasak dengan santan. Tapi, ada pula yang melewatkan bahan terakhir. Penyajian juhu umbut rotan dilakukan bersama ikan nila atau patin bakar.
Sayur yang satu ini berbahan utama keladi, yakni tanaman yang memiliki daun berukuran lebar dan berumbi. Keladi biasanya hidup di alam liar serta telah lama dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk obat-obatan herbal. Sebelum diolah menjadi juhu kujang sendiri, keladi harus sudah dimasak terlebih dulu supaya rasa gatal yang ditimbulkan ketika disantap hilang.
Selain keladi, sayur tersebut menggunakan bahan tambahan, seperti ikan berbumbu, potongan daun nangka muda dan santan kelapa. Cita rasanya yang amat gurih dan khas cocok disantap dengan nasi hangat.
Kehidupan Suku Banjar dan Dayak yang tinggal di Palangkaraya tidak lepas dari aktifitas menanam padi di ladang dan mencari ikan di sungai. Apabila sedang musim sepi, penduduk biasanya telah menyiapkan persediaan ikan yang sudah difermentasi atau dikenal dengan nama wadi. Hampir semua jenis ikan dapat diolah menjadi wadi, tergantung selera pembuat.
Bagi masyarakat setempat, itu merupakan penganan yang amat lezat. Tapi, bagi yang belum pernah mencicipinya akan merasa aneh atau bahkan tidak suka, mengingat bau wadinya cukup menyengat. Ikan melewati proses pembusukan selama dua hari dua malam sebelum dimakan. Hal tersebut membuatnya tahan hingga berbulan-bulan. Rasanya sendiri asam dan unik.
Sekarang, penduduk sekitar mulai melakukan uji coba dengan menambah bahan lain, seperti gula merah dan jeruk nipis supaya cita rasa wadi mampu diterima oleh lidah masyarakat Nusantara.
Kuliner khas Suku Dayak di Kalimantan Tengah ini mempunyai tampilan yang mirip dengan sayur daun singkong dari Pulau Jawa. Gangan tersebut memang menggunakan daun singkong sebagai bahan dasanya. Tapi, yang membedakannya dengan sayur pada umumnya adalah bahan itu ditumbuk halus sebelum dimasak.
Biasanya dihidangkan bersama kuah kental yang terbuat dari campuran bawang merah, bawang putih, lengkuas, serai, cabai dan kayu manis. Guna menambah cita rasa, makanan bernama lain karuang ini diberi pelengkap berupa terong pipit. Sebelum disuguhkan, akan ditaburi ikan teri dan kacang tanah terlebih dulu.
Masyarakat Kalteng lebih suka menyantap kalumpe dengan nasi hangat dan sambal terasi.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Pulau Kalimantan memiliki kekayaan alam dan sungai yang melimpah. Maka, tidak heran apabila sebagian besar masakan khas daerah tersebut menggunakan bahan yang diperoleh dari alam, salah satunya ikan jelawat bakar. Hasil sungai yang berukuran 25 cm itu berenang bebas di sepanjang aliran di Tanah Borneo.
Penduduk sekitar sering mengolahnya dengan cara dibakar. Tapi, sebelum melalui proses itu, ikan dibumbui bawang putih, jahe dan serai terlebih dulu. Rempah-rempah tersebut nantinya juga digunakan untuk membuat kuah ikan jelawat bakar. Dagingnya yang putih dan lembut bercampur dengan kuah segar yang berwarna coklat-kehitaman membuat lidah terhanyut sejak suapan pertama.
Sebetulnya, ini merupakan hidangan yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tapi banyak ditemui di Kalimantan Tengah. Dalam Bahasa Banjar, “hintalu” berarti telur dan “karuang” diartikan sebagai kelelawar.
Walau mengandung arti kelelawar, namun makanan tersebut sama sekali tidak menggunakan telur dari hewan tersebut.
Nama yang unik itu diberikan lantaran bentuknya yang bulat-bulat menyerupai telur kelelawar. Penampilan hintalu karuang sendiri amat mirip dengan biji salak dari Jawa. Kuahnya pun hampir sama, apalagi terdapat campuran santan dan gula merah yang menghasilkan tekstur kental.
Di samping itu, ia juga kerap dihidangkan sebagai takjil dan menu berbuka puasa karena rasanya yang manis.
Sajian berbahan utama tepung ketan ini dapat disuguhkan dalam keadaan dingin maupun hangat.
Jika hintalu karuang dalam Bahasa Banjar diartikan sebagai “telur kelelawar”, namun nyatanya makanan itu tidak menggunakan produk hewani sama sekali, kali ini ada hidangan yang benar-benar terbuat dari kelelawar.
Bernama bangamat, kuliner tersebut diolah dari daging kelelawar yang telah dibersihkan sebelum dimasak dengan bumbu.
Proses pematangannya dilakukan bersama sayur hati batang pisang atau sulur kenari. Ia termasuk hidangan yang hanya dapat ditemui di Kalimantan Tengah. Wisatawan yang datang kerap penasaran dan ingin mencicipi kuliner ekstrem ini.
Penganan yang juga dikenal dengan nama kue getas ini terbuat dari beras ketan. Dulu, masyarakat Kalimantan Tengah menyantap makanan tersebut ketika terjadi paceklik. Sekarang sering dijadikan camilan untuk menyambut senja. Bentuknya lonjong menyerupai telur, tapi ada pula yang membuat kue gagatas agak pipih dan di bagian luarnya diberi lapisan gula.
Selain Kalteng, kue itu banyak dijumpai di Pulau Jawa, terutama Surabaya dan sekitarnya. Terdapat di pasar-pasar tradisional dan dijual sebagai camilan. Harganya sendiri sangat bersahabat, sehingga cukup banyak yang menyukainya.
Itulah hidangan khas Bumi Tambun Bungai yang sangat direkomendasikan buat Anda. Jika kebetulan berkunjung ke sana, jangan lupa untuk icip-icip makanan khas Kalimantan Tengah yang terdapat pada daftar di atas.
Menurut sejarah, makanan ini pertama kali dibuat oleh Bangsa Melayu. Penyebaran masyarakat suku tersebut yang begitu masif ke Nusantara membuatnya dapat ditemukan di bagian utara negara kita. Salah satunya Kalimantan yang cukup banyak didiami oleh penduduk Melayu. Sehingga, sebagian dari mereka mengira lemang merupakan sajian khas Kalimantan Tengah.
Penganan yang kerap disuguhkan pada pesta adat Suku Dayak tersebut berupa ketupat atau lontong yang terbuat dari beras ketan. Proses pematangannya sangat unik karena menggunakan seruas bambu. Sebelum dimasukkan ke media itu, beras ketan digulung dengan daun bambu atau daun pisang terlebih dulu. Setelah matang, bisa disantap bersama lauk asin.
Selain di Provinsi Kalimantan Tengah, lemang juga bisa dijumpai di Kalimantan Selatan.
Terletak di kaki Gunung Lawu, Air Terjun Srambang Park Ngawi menawarkan keindahan alam yang luar…
Kami mengajak Anda untuk mengeksplor ketan durian, khas Wonosalam, Jombang. Ini adalah paduan sempurna antara…
Jawa Timur terkenal sebagai pusat durian terbaik di Indonesia. Wisata Durian Wonosalam di Kabupaten Jombang…
Di Bali, tempat sesajen sangat penting. Mereka menghubungkan manusia, alam, dan Tuhan. Pura Bali, rumah…
Belly dance, atau tari perut, berasal dari Timur Tengah, terutama Mesir. Ini adalah seni tarian…
Kami, masyarakat suku Dayak di Kalimantan, memiliki tradisi kuping panjang yang unik. Ini telah menjadi…