Makanan khas Bali tidak kalah terkenal dengan objek wisatanya. Bahkan, banyak restoran-restoran di kota lain yang menyediakan hidangan dari Pulau Dewata. Bagi yang sudah pernah merasakannya, pasti akan mengetahui keistimewaannya.
Bali memang menjadi destinasi wisata yang kerap dikunjungi turis-turis, baik dari dalam maupun luar negeri. Wajar karena kawasan tersebut menawarkan berbagai tempat liburan yang menyenangkan. Tapi, singgah ke sana tanpa mencoba kulinernya sama saja menolak kesempatan emas. Pasalnya, makanan dari Bali sangat khas. Berbeda sekali dengan sajian dari Pulau Jawa, Kalimantan atau bahkan hidangan western.
Sebab, bumbu rempah yang digunakan sangat khas. Membuat makanan bercita rasa lezat dan susah terlupakan. Berikut
Kuliner ini berupa ayam atau bebek utuh yang bagian perutnya diisi dengan berbagai macam bumbu rempah. Konon, bebek betutu adalah makanan favorit para raja di Bali. Teknik pengolahannya cukup unik, yakni daging bebek yang telah dibumbui akan diberi pijatan-pijatan terlebih dulu supaya lebih empuk dan bumbunya meresap ke tulang. Setelah itu, dibungkus daun pisang atau daun pinang dan dipanggang.
Proses pematangannya memakan waktu sehari semalam menggunakan bara api sekam. Cita rasa yang dihadirkan, yaitu gurih dan pedas. Biasanya, makanan tersebut dihidangkan pada upacara keagamaan. Tapi, sekarang menjadi menu wajib yang ada di restoran-restoran mewah. Beberapa rumah makan yang menyediakannya adalah Ayam Betutu Liku, Ayam Betutu Men Tempeh dan Ayam Betutu Khas Gilimanuk.
Nikmati Kelezatan Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku
Sesuai dengan namanya, olahan sate ini dibuat dengan cara melilitkan bahan utama pada batang daun serai atau tangkai bambu. Sehingga, menimbulkan aroma yang sedap. Beberapa jenis daging yang kerap digunakan adalah ayam, sapi, babi dan ikan tenggiri. Tapi, sampai saat ini pilihan terakhir masih menjadi favorit, meskipun harganya mahal. Daging tersebut dicincang dan dicampur dengan rempah khas Bali sebelum dililitkan.
Tidak sulit untuk menemukan sate lilit karena hampir semua rumah makan menghidangkan menu ini.
Lawar merupakan perpaduan antara daging cincang dengan aneka sayuran yang dibumbui rempah-rempah pilihan. Umumnya, makanan ini berbahan utama daging babi, tapi kuwir (bebek entog) bisa menjadi alternatif bagi kaum Muslim. Jadi, daging yang telah dicacah akan dicampur dengan sayuran, seperti kacang panjang dan parutan kelapa beserta bumbu. Lebih nikmat apabila disantap bersama nasi putih, sate lilit dan jukut ares.
Perlu diketahui, lawar sendiri ada bermacam-macam. Jika dilihat dari warnanya, ada lawar merah dan lawar putih. Khusus yang pertama biasanya dihasilkan dari campuran darah daging. Terdapat pula lawar yang diberi nama sesuai dengan jenis daging atau sayurannya, semisal lawar kuwir, lawar babi dan lawar nangka. Warung Lawar Kuwir Bu Wit di Tabanan dan Warung Makan Pan Sinar di Denpasar adalah rekomendasi rumah makan yang menyajikan lawar kuwir.
Makanan ini menjadi primadona bagi para turis asing yang datang ke Pulau Dewata. Bagi pecinta daging babi, tentu akan terpuaskan oleh santapan lezat tersebut. Menggunakan bumbu basa genep Bali serta daun ketela pohon yang dimasukkan ke dalam perut babi sebelum diguling sambil diputar-putar di atas bara api membuat rasanya gurih. Apalagi warna kulitnya yang kecoklatan sangat renyah di lidah. Tapi, tidak semua orang bisa mengonsuminya karena babi guling bukanlah makanan yang halal.
Seperti bebek betutu, awalnya makanan yang bernama lain be guling ini dihidangkan sebagai sajian upacara adat. Namun, sekarang telah hadir di berbagai rumah makan. Restoran yang menawarkan kuliner tersebut, yakni Warung Jero Kawan di Mengwi, Warung Babi Guling Pak Dobiel di Nusa Dua, Warung Babi Guling Candra di Denpasar dan masih banyak lagi.
Mempresentasikan nasi putih yang dikelilingi suwiran ayam sisit, lawar ayam, sate lilit, sayur urap dan berbagai macam lauk lainnya. Tapi, setiap rumah makan selalu menghidangkan pendamping yang berbeda, misalnya ayam betutu, kulit ayam goreng, telur sambal tomat, ikan pindang, daun umbi pedas dan kacang goreng. Bagi pecinta pedas, bisa menambahkan sambal matah atau sambal embe khas Bali.
Penasaran ingin mencobanya? Silakan datang ke Nasi Ayam Bu Oki di Jimbaran, Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku di Ubud atau Warung Men Weti di Sanur.
Dalam Bahasa Bali, “tipat” berarti ketupat dan “cantok” artinya diuleg atau dihaluskan. Tentu saja bahan utama hidangan tersebut adalah ketupat yang diberi sayuran kacang panjang, kangkung, tauge dan mentimun. Proses penyajiannya mirip dengan rujak petis. Jadi, bumbu-bumbu seperti kacang tanah goreng, bawang putih, cabai, garam dan taoco dihaluskan dengan cobek. Setelah itu, ketupat dan tahu dipotong-potong di piring. Kemudian ditambahkan sayuran matang dan disiram bumbu kacang.
Tipat cantok cukup terkenal di Bali, sehingga tidak sulit untuk menemukan penjualnya. Anda bisa mencoba kuliner tersebut ala warung sederhana atau hotel berbintang.
Jika biasanya Anda menyantap rujak yang dibumbui cuka, di Bali berbeda karena ada olahan rujak dengan kuah ikan tuna. Makanan bernama rujak kuah pindang ini terbuat dari irisan mangga muda dan kuah yang super pedas. Tapi, apabila ingin lebih komplit bisa menambah isian dengan berbagai macam buah, seperti bengkuang, kedondong atau rumput laut (rujak bulung). Biasanya, jenis rumput laut yang digunakan adalah bulung boni.
Untuk icip-icip menu tersebut, silakan berkunjung ke Warung Rujak Glogor atau Warung Rujak Kuah Pindang Bo Hwa di Denpasar.
Kuliner yang berasal dari Kabupaten Buleleng ini berupa ketupat, tapi bentuknya bukan persegi, melainkan seperti lontong dan dililit memanjang dengan janur muda atau daun enau muda. Berbeda dengan ketupat biasa yang menggunakan bumbu kacang, Tipat Blayag ini cukup unik karena mencampurkan bumbu dari olahan tepung beras dan rempah khas Bali. Jadi, teksturnya kental dan sedikit mirip dengan santan.
Biasanya, makanan tersebut dihidangkan bersama sayur urap, ayam sisit, ceker ayam, kacang kedelai dan kerupuk kulit ayam. Tipat Blayag sangat mudah ditemui di Singaraja atau rumah-rumah makan berlabel Singaraja yang ada di Kuta dan Denpasar.
Makanan khas Bali berikutnya adalah nasi jinggo. Kuliner ini mengusung konsep murah meriah, tapi soal rasa tidak ada yang berani menandingi. Sama dengan nasi kucing, makanan tersebut dibungkus daun pisang. Isinya berupa satu kepal nasi putih, daging ayam suwir, tempe goreng, mie goreng dan sambal yang ekstra pedas. Biasanya, orang tidak akan kenyang bila cuma menyantap satu bungkus nasi jinggo. Berbicara soal namanya, ada sejarah unik yang berkaitan dengan harga makanan ini.
Jadi, tak ada yang tahu pasti apa makna dari istilah “Jinggo” atau “Jenggo”. Tapi, menurut beberapa orang itu berasal dari Bahasa Hokkien yang berarti seribu lima ratus. Pada tahun 1997, saat nasi jinggo baru populer memang sempat dibanderol dengan harga Rp1.500,-. Namun, sekarang dijual dengan kisaran harga Rp3.000-5.000,-. Karena tergolong sebagai street food di Bali, Anda bisa menemukan pedagang makanan ini di pinggir-pinggir jalan.
Hidangan yang berasal dari Gianyar ini berupa nasi yang dibuat lembek, bahkan teksturnya mirip seperti bubur. Tapi, yang membedakannya adalah bumbu pedas dari tepeng. Pada umumnya, olahan tersebut disajikan bersama aneka bahan, seperti kacang panjang, daun kelor, nangka muda, terong, kacang merah dan kelapa parut. Untuk lauknya sendiri ada suwiran ayam goreng dan telur. Rasanya semakin khas karena dipresentasikan di atas daun pisang.
Nasi tepeng tersedia di beberapa tempat, khususnya Pasar Senggol, Gianyar dan merupakan menu sarapan favorit warga di sana.
Makanan ini sangat terkenal di kawasan pedesaan. Tapi, sekarang bukan hanya orang desa yang menyukai makanan bernama lain nasi ubi jalar tersebut, warga perkotaan pun menggemarinya. Sebab, rasa nasi sela memang benar-benar spesial. Sesuai namanya, resep utama hidangan itu adalah nasi dan sela (ubi jalar). Dibumbui dengan kalas, yaitu campuran santan, daging dan basa gede. Bahan tambahannya adalah jukut (sayur) bejek, udang kecil, kacang tanah, ayam betutu suwir, sambal bongkot dan sambal matah yang membikin ketagihan.
Meski kedengarannya biasa, tapi nasi sela yang berasal dari Karangasem tersebut mempunyai sejarah yang cukup menarik. Jadi, makanan ini muncul untuk pertama kali pada tahun 1970-an saat daerah itu mengalami kesulitan ekonomi. Warga setempat mencampurkan cacahan ketela dan ubi jalar sebagai pengganti nasi di tengah masa krisis.
Akhirnya, sekarang bertahan sebagai makanan khas Pulau Dewata bagian timur. Kini metode pengolahannya lebih mutakhir, sehingga bisa disuguhkan dalam paket yang lebih lezat. Biasanya, nasi sela disajikan dalam nasi jinggo, nasi bungkus atau pada rumah-rumah makan khas Bali. Jika Anda tertarik, datang saja ke Warung Mek Luh yang berada di depan RSUD Karangasem.
Komoh merupakan sejenis sup yang berisi daging, seperti ayam, itik, entog, penyu atau babi. Terkadang, makanan ini juga bisa dihidangkan bersama hati dan kulit hewan. Cara menyantapnya cukup unik, yakni “diuyup” alias mendekatkan mangkok saji ke mulut dengan tangan, lalu komoh bisa diminum atau bisa juga dengan sendok makan.
Lain dari lontong pada umumnya, jukut serapah mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda. Ada yang segitiga, tapi ada pula yang bulat lonjong dan berukuran lebih besar. Biasanya, bahan utama dipotong-potong, lalu dihidangkan bersama aneka sayur matang, seperti daun singkong, bayam, papaya, nangka dan buah atau jantung pisang. Sesudah itu, disiram dengan kuah kental yang bernama telengis. Terbuat dari sampingan minyak kelapa serta santan yang telah direbus.
Salah satu makanan khas Bali yang unik karena terbuat dari pohon pisang muda, kira-kira ukurannya sebesar lengan orang dewasa. Ares atau batang pisang tersebut diiris tipis-tipis, lalu dimasak dengan Base Gede alias bumbu lengkap dari Pulau Dewata. Untuk daging campurannya sendiri berupa ayam, entog atau babi. Bagi umat Islam disarankan untuk bertanya pada penjual sebelum membeli jukut ares.
Dari namanya, pasti Anda sudah bisa menebak bahan utama hidangan ini, yaitu gedang alias pisang. Sebetulnya, makanan tersebut berupa pisang goreng yang bisa dinikmati bersama gula kayu manis atau krim segar. Pisang yang digunakan adalah pisang belur. Perbedaan godoh gedang dengan pisang goreng biasa adalah sejarahnya. Konon, makanan ringan ini telah diperkenalkan oleh Portugis sejak abad ke-16 lalu. Tentu keberadaannya sudah menemani masyarakat Bali selama beratus-ratus tahun.
Salah satu oleh-oleh khas Bali yang populer di kalangan wisatawan. Makanan yang cocok untuk dijadikan camilan ini hadir dalam berbagai rasa, seperti kacang, jahe, kayu manis dan susu. Bagiak terbuat dari tepung sagu yang adonannya dibuat menjadi bulat panjang, sebesar jempol orang dewasa. Apabila dipegang terasa keras, tapi saat masuk ke mulut akan berbunyi “kres-kres” saking renyahnya. Rasanya yang agak manis sangat pas dinikmati saat sore hari bersama secangkir kopi hangat.
Seperti tipat blayag, bubur mengguh juga berasal dari Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Biasanya, makanan ini dihidangkan pada saat upacara adat atau keagamaan di daerah itu. Bahan utama bubur ini adalah beras dan santan yang dipresentasikan bersama suwiran ayam berbumbu, kemudian disiram kuah kental. Uniknya, olahan tersebut disantap dengan urap sayur yang disajikan terpisah. Sehingga, cita rasa yang tercipta sangat lengkap.
Perpaduan gurih dan sedikit pedas serta renyahnya urap membuat bubur mengguh tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Pulau Dewata.
Sajian ini mirip dengan pepes yang berasal dari Pulau Jawa. Bahan utamanya adalah daging ayam yang dicincang halus. Bumbu-bumbu seperti bawang, kencur, jahe, lengkuas, santan dan sebagainya digunakan sebagai campuran. Tidak berbeda dengan pepes, proses pembuatan tum ayam pun sangat persis. Jadi, setelah ayam dicincang halus dan diberi bumbu, dibungkus dengan daun pisang. Cara memasaknya dikukus sampai matang.
Sate plecing adalah menu makanan yang berbahan utama daging ayam, babi atau ikan laut. Bila sate pada umumnya terkenal dengan bumbu kacang, sate ini disajikan dengan bumbu plecing yang merupakan makanan khas Lombok dan Bali. Terbuat dari cabai rawit, tomat, terasi, garam dan terkadang diberi perasan jeruk limau.
Kalau di Jawa namanya sayur urap. Akan tetapi, serombotan sedikit berbeda karena menyuguhkan berbagai sayuran, seperti bayam, kangkung, kacang panjang, buncis, tauge, terong bulat dan pare. Santapan khas Klungkung, yakni kabupaten terkecil di Provinsi Bali ini juga dibumbui rempah-rempah khas, antara lain kunyit tumbuk, kencur, lengkuas dan dipadukan dengan bumbu kacang pedas. Bisa digado seperti salad atau disantap bersama tipat/nasi.
Walaupun sentral serombotan ada di wilayah Klungkung, tapi kuliner tersebut bisa didapatkan di rumah makan maupun pasar-pasar tradisional di Pulau Dewata. Seperti Pasar Kreneng, Pasar Sukawati dan Pasar Batubulan dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp3.000,- sampai Rp7.000,-. Tapi, yang paling difavoritkan adalah serombotan Ibu Nengah Purnawati. Beliau telah berjualan makanan tersebut selama 25 tahun dan biasa menjajakan dagangannya di Jalan Tukad Pakerisan, Denpasar pada sore hari.
Demikianlah beberapa santapan lezat khas Pulau Dewata yang bisa menggetarkan lidah. Mungkin masih banyak dari Anda yang menganggap bahwa hidangan khas pulau tersebut tidak halal, padahal kenyataannya tidak sedikit yang bisa dikonsumsi umat Muslim. Asal bisa memilih restoran dan makanan khas Bali yang terbukti halal.
Terletak di kaki Gunung Lawu, Air Terjun Srambang Park Ngawi menawarkan keindahan alam yang luar…
Kami mengajak Anda untuk mengeksplor ketan durian, khas Wonosalam, Jombang. Ini adalah paduan sempurna antara…
Jawa Timur terkenal sebagai pusat durian terbaik di Indonesia. Wisata Durian Wonosalam di Kabupaten Jombang…
Di Bali, tempat sesajen sangat penting. Mereka menghubungkan manusia, alam, dan Tuhan. Pura Bali, rumah…
Belly dance, atau tari perut, berasal dari Timur Tengah, terutama Mesir. Ini adalah seni tarian…
Kami, masyarakat suku Dayak di Kalimantan, memiliki tradisi kuping panjang yang unik. Ini telah menjadi…
View Comments
Enak-enak nampaknya ya.. Jadi ngiler.. haha