Indonesia merupakan sebuah negara yang dikenal sangat kaya akan tradisi dan budaya. Ragam tradisi banyak dilakukan di Indonesia bahkan sampai saat ini masih dipertahankan, salah satunnya di daerah Banten. Upacara adat Banten jumlahnya cukup beragam dan tergolong unik. Bahkan, setiap upacara adat di Banten memiliki maknanya masing-masing. Nah, jika kamu kebetulan berkunjung ke Banten, berikut ini adalah 8 tradisi adatnya yang masih sering dilakukan sampai saat ini.
Upacara adat Banten yang pertama adalah Seren Taun. Seren Taun atau yang juga dikenal dengan Ngawalu ini merupakan upacara adat tahunan yang diadakan sebagai bentuk rasa syukur warga setempat atas hasil panen yang diperoleh.
Bentuk upacara ini dengan menyerahkan hasil bumi, seperti padi untuk disimpan dalam Leuit, yaitu Lumbung Padi desa. Acara ini biasanya digelar oleh masyarakat yang tinggal di Desa Kenakes, Lebak, Banten. Menariknya lagi, upacara adat ini sudah dilakukan sejak pemerintahan Kerajaan Pajajaran di Sunda, lho.
Ketentraman Di Desa Adat Panglipuran Bali
Ketentraman Di Desa Adat Senaru
Ngalaksa menjadi upacara adat Banten selanjutnya yang masih bisa dijumpai. Ngalaksa merupakan upacara lanjutan setelah diadakan ritual Ngawalu.
Biasanya Ngalaksa ini diasakan dalam bentuk kegiatan membuat laksa, yaitu sajian adat yang mirip mie berbentuk pipih lebar dan dibuat dari tepung beras. Seluruh warga Baduy harus terlibat dalam kegiatan ini karena disamping untuk memeriahkan acara, juga berfungsi untuk menghitung jumlah penduduk. Termasuk untuk mengetahui bayi yang telah lahir dan bayi yang masih dalam kandungan.
Upacara adat Banten berikutnya adalah Seba. Tradisi Seba ini dilakukan oleh Suku Baduy yang dikenal sebagai kelompok masyarakat yang membatasi diri dari dunia luar. Namun, ada sebuah momen dimana masyarakat ini berbondong-bondong keluar dar wilayahnya, yaitu pada Upacara Seba ini.
Saat upacara ini berlangsung, warga Baduy, baik itu dari Baduy Luar maupun Baduy Dalam, akan melakukan perjalanan dari Desa Kenakes di Kabupaten Lebak, menuju ke Serang, ibu kota Provinsi Banten. Bagi warga Baduy, tradisi Seba ini adalah warisan dari nenek moyang yang harus diadakan setiap tahunnya. Biasanya, perjalanan ini dilakukan setelah panen ladang huma. Tujuan dari Upacara Seba ini adalah untuk memberikan seserahan hasil bumi kepada Ibu Gede dan Bapak Gede, yaitu bupati dan kepala pemerintahan setempat.
Dalam bahasa Indonesia, Ngolotkeun berarti melamar. Upacara adat Banten yang satu ini adalah sebuah tradisi yang harus dilakukan oleh calon pengantin sebelum memutuskan untuk menikah.
Uniknya, tradisi ngolotkeun ini dilakukan oleh pihak calon pengantin perempuan. Berbeda dengan daerah lain, di Banten memang calon pengantin perempuan yang berhak untuk memilih dan melamar calon pasangannya. Untuk melakukan tradisi ini, biasanya pihak perempuan akan mengutus seseorang untuk mengunjungi rumah calon pengantin pria. Hal ini tentu memiliki tujuan, yaitu menanyakan persetujuan pihak laki-laki tentang lamaran yang ditujukan. Apabila lamarannya diterima, saat itu juga akan ditentukan waktu pernikahan.
Pada tradisi ngolotkeun ini pihak pelamar juga membawa serta beberapa barang untuk diberikan kepada calon pengantin pria. Apabila lamarannya ditolak, pihak calon pengantin perempuan berhak membawa hadiah-hadiah tersebut kembali sebagai simbol gagalnya proses ngolotkeun.
Lanjutan dari tradisi Ngolotkeun, ada yang namanya prosesi pernikahan. Seperti upacara Ngolotkeun, Seserahan juga menjadi salah satu upacara adat Banten yang tak boleh dilupakan karena seserahan ini merupakan hadiah yang diserahkan pihak pengantin perempuan pada pengantin laki-laki. Hadiah ini biasanya terdiri dari makanan, minuman, sikat padi, baju, tebu wulung, siring dan pinang.
Pada upacara ini, pihak perempuan juga akan menjemput pengantin laki=laki. Upacara seserahan ini harus dilaksanakan menjelang maghrib yang bertujuan untuk menolak bala. Pada akhir ritual, kedua pengantin akan kembali ke rumah pengantin perempuan dengan membawa hadiah balasan dari keluarga pengantin laki-laki.
Seserahan ini menjadi simbol penghargaan perempuan kepada suaminya begitu mereka resmi menjadi suami istri. Inilah mengapa barang-barang pada Seserahan tidak boleh kurang atau lebih karena masing-masing memiliki makna. Misal, seperti makanan, minuman dan baju yang menjadi simbol bahwa setiap istri siap untuk melayani suami. Sementara seikat padi, siring dan pinang merupakan simbol rasa sayang istri pada laki-laki yang menjadi suaminya. Biasanya Seserahan ini diberikan dalam bentuk bingkisan cantik yang menjadi simbol penghargaan istri pada suaminya.
Upacara adat Banten selanjutnya adalah Buka Pintu. Upacara ini adalah lanjutan dari Seserahan yang mana kedua pengantin harus melakukan ritual Buka Pintu terlebih dahulu.
Pada upacara ini, pengantin laki-laki tetap menunggu di luar rumah sementara pengantin perempuan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan duduk menghadap ke pintu masuk.
Selanjutnya, di antara pengantin laki-laki dan perempuan akan diberi pembatas kain sebagai ciri utama ritual Buka Pintu ini. Kemudian di belakang, pihak pengantin laki-laki akan melantunkan Yalil dengan iringan rebana. Setelah lantunan selesai, kain pembatas dibuka sehingga pengantin perempuan bisa mencium tangan suaminya.
Sampai saat ini, Upacara Buka Pintu ini masih sering dilakukan oleh warga di Kabupaten dan Kota Serang. Tradisi ini menjadi simbol penghormatan istri kepada suaminya sebelum masuk ke rumah dan istri ingin menyambut suaminya dengan lantunan lagu yang indah.
Huap Lingkung menjadi salah satu upacara adat Banten yang sampai saat ini masih sering dilakukan. Huap Lingkung ini merupakan sebuah tradisi dimana kedua pengantin akan didudukkan di atas sebuah tikar atau tempat duduk untuk menerima suapan nasi punar dari para tetua adat daerah setempat. Biasanya, ada beberapa tetua yang memberikan suapan sebagai simbol kasih sayang terhadap kedua pengantin.
Tradisi Huap Lingkung ini biasanya dilakukan pada resepsi pernikahan sebelum tamu dan handai taulan datang memberikan restu mereka.
Upacara adat Banten yang terakhir adalah Ngeroncong. Upacara adat ini mirip dengan Saweran yang biasa ditemukan di daerah Jawa Tengah. Bedanya, uang Ngeroncong ini tidak dilempar-lempar, melainkan dimasukkan dalam wadah setelah para tamu dan keluarga menyalami pengantin.
Uang ini menjadi bekal dari keluarga dan kerabat untuk pengantin agar mereka siap memulai kehidupan baru sebagai suami istri. Ngeroncong ini juga menjadi simbol doa restu yang diberikan para kerabat dan keluarga pada kedua pengantin. Kata Ngeroncong sendiri berasal dari bunyi yang dihasilkan oleh uang koin saat dimasukkan dalam wadah. Sekarang, ngeroncong tak hanya berupa uang koin, tapi juga uang kertas. Wadah yang digunakan pun tidak selalu berbentuk mangkok, tapi juga bisa kotak seperti celengan. Meskipun tradisi lainnya sudah tidak dilakukan, namun tradisi ngeroncong ini masih sering ditemukan karena budaya ini tak hanya ditemukan di Banten, tapi juga Indonesia.
Jakarta, ibu kota Indonesia, terkenal dengan keragaman kulinernya. Mie adalah favorit banyak orang karena teksturnya…
Bagi pecinta makanan pedas, menjelajahi sambal terpedas adalah petualangan seru. Di seluruh dunia, ada banyak…
Hoi An Lantern Festival - Di Festival Lampion Hoi An, Vietnam Tengah, Anda akan menemukan…
Sebagai backpacker, kami tahu pentingnya mencari tempat tinggal yang murah saat traveling. Di Da Nang,…
Kota pesisir Da Nang di Vietnam sangat menarik bagi para wisatawan. Anda bisa menjelajahi pantai…
Tempat belanja jastip di bangkok - Bangkok, ibu kota Thailand, dikenal sebagai surganya pemburu barang…