Pulau Bali tak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang mampu membius siapapun yang datang, namun pulau yang mendapat julukan sebagai Pulau Dewata ini juga terkenal akan kekentalan budaya dan adat istiadatnya yang hingga saat ini masih dijunjung tinggi dan desa adat di Bali banyak dikunjungi juga. Jika Anda ingin melihat secara langsung betapa kayanya budaya dan adat istiadat Bali, Anda bisa langsung berkunjung ke 5 desa adat di Bali ini. Disini, Anda akan dimanjakan dengan ragam budaya Bali yang sangat kental dan tentunya akan selalu membuat Anda ingin kembali karena kelima desa adat di Bali ini sangatlah istimewa.
Desa adat di Bali yang satu ini wajib sekali Anda kunjungi karena desa ini sudah sangat terkenal di di mata dunia. Desa Penglipuran berada di Kubu, Kabupaten Bangli yang berjarak sekitar 45 kilometer dari pusat kota Denpasar.
Nama Desa Penglipuran berasal dari kata Lengeling dan Pura yang berarti mengingat tempat suci (pura leluhur). Penduduk desa ini adalah masyarakat Bali Mula yang awalnya berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani kemudian bermigrasi ke Desa Kubu Bayung yang saat ini menjadi Desa Penglipuran. Mereka kemudian menetap dengan masih menjada keluhuran falsafah budaya mereka.
Suasana yang ditawarkan oleh Desa Penglipuran ini adalah suasana desanya yang sangat tenang dan asri karena berlokasi di dataran tinggi. Tak hanya itu, desa ini tentunya memiliki sejumlah keunikan yang tidak bisa Anda temukan di desa lain, seperti rumah-rumah penduduknya yang tampak seragam pada bagian depannya. Desa ini juga memiliki lorong yang rapi, bersih dan cantik dimana Anda bisa menyusuri lorong ini sambil sesekali berfoto.
Keunikan lain pada dessa adat di Bali ini adalah adanya larangan untuk kendaraan bermotor untuk masuk kawasan desa ini. Jadi, Anda yang ingin berkunjung kesini harus berjalan kaki karena kendaraan harus diparkir di luar desa. Karena peraturan inilah yang membuat desa ini sangat hijau dan udaranya sejuk bebas polusi.
Ketentraman Di Desa Adat Panglipuran Bali
Desa adat di Bali selanjutnya bernama Desa Tenganan Pegringsingan atau yang biasa dikenal sebagai Desa Tenganan. Desa ini berada di Kabupaten Karangasem yang berjarak sekitar 60 kilometer dari pusat kota Denpasar.
Desa seluas 917,2 hektar ini dihuni oleh pendudukBali Mula yang hingga saat ini masih memegang teguh aturan adat dari leluhur. Masyarakat Desa Tenganan memiliki peraturan yang biasa disebut sebagai Awig-Awig. Beberapa contohnya seperti dilarang berpoligami ataupun bercerai. Selain itu, ada juga aturan untuk mengatur sistem pemerintahan, hak sumber daya alam, hak tanah, pendidikan, perkawinan dan upacara adat.
Meskipun masih memegang teguh aturan dari leluhur, namun masyarakat desa ini sangat terbuka dengan hal baru yang berbau modernisasi. Misalnya seperti listrik, transportasi dan alat komunikasi. Anak-anak di Desa Tenganan pun didorong untuk mendapatkan pendidikan tinggi.
Masyarakat desa adat di Bali ini pun juga memiliki talenta yang luar biasa, salah satunya adalah terbiasa menenum kain gringsing mereka sendiri, dimana kain ini memang hanya diprosuksi di desa ini. Tak hanya kain tenun, Anda juga bisa melihat kerajinan ukir atau lukis daun lontar.
Saat berkunjung, pastikan Anda sempat untuk berbincang dengan penduduk disana dan mendengarkan sedikit cerita mereka. Tak hanya itu, Anda juga bisa melihat upacara adat yang biasanya digelar di bulan Januari, Februari, Juni dan Desember.
Desa Nyuh Kuning juga menjadi salah satu desa adat di Bali yang tak boleh Anda lewatkan. Pasalnya, desa tak hanya menjadi wisatawan lokal tapi juga wisatawan mancanegara. Desa Nyuh Kuning berada di Jalan Raya Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Wisatawan tertarik berkunjung ke desa ini karena adanya budaya dan adat penduduk yang masih tradisional dan tak tersentuh oleh modernisasi. Desa Nyuh Kuning ini dibangun menggunakan konsep Tri Hita Karana, yaitu menjaga keselarasan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam, menusia dengan sesame manusia dan juga anatara manusia dengan Tuhan.
Pariwisata yang disuguhkan oleh desa ini cenderung mengadopsi budaya lokal dan alami tanpa sentuhan modernisasi. Jadi saat berkunjung kesini, Anda bisa menikmati alam dan budaya khas pedesaan dalam satu waktu. Biasanya, kegiatan yang sering dilakukan wisatawan di desa ini adalah bersepeda atau berjalan kaki berkeliling desa. Hijaunya alam dan sejuknya udara di desa ini tentu mampu menjadi penghilang jenuh dari rutinitas sehari-hari Anda.
Anda bisa menginap di rumah-rumah warga untuk berbaur dengan penduduk lokal dan mengenal lebih jauh soal budaya mereka. Tak hanya itu, di malam hari Anda akan disuguhi pertunjukan tari tradisional yang sangat menarik. Setelah puas menonton kegiatan tari tradisional, Anda juga bisa mencicipi sajian khas desa ini yang dimasak dengan cara tradisional.
Desa Trunyan atau Terunyan memang menjadi salah satu desa adat di Bali yang cukup mendunia. Desa yang berada di tepi Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini bisa Anda kunjungi dengan mengendarai perahu menyeberangi Danau Batur.
sangat terkenal dengan keunikan prosesi pemakamannya, sehingga menarik perhatian wisatawan lokal dan macanegara. Tradisi ini terbilang cukup unik karena masyarakat Desa Trunyan tidak menguburkan jenazah melainkan hanya membaringkan jenazah diatas tanah yang ada dibawah pohon Taru Menyan. Untuk itulah desa ini bernama Desa Trunyan.
Pemakaman ini sering juga disebut sebagai Sema Wayah yang mana disekitanya hanya terdapat 11 makam, jadi jenazah harus diletakkan secara bergantian. Masyarakat Desa Trunyan tidak menambah jumlah makam karena leluhur mereka memberikan aturan jika Anda jenazah baru, makan jenazah yang sudah lama atau yang telah menjadi tulang belulang harus dikeluarkan.
Meskipun jenazah di desa ini tidak dimakamkan, namun Anda tidak akan mencium aroma busuk saat berkunjung kesini. Masyarakat setempat meyakini jika pohon Taru Menyan tersebut memiliki aroma tersendiri sehingga mampu menetralkan aroma busuk di sekitarnya.
Desa Kapal yang berada di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Desa ini juga menjadi incaran para wisatawan karena sarat akan budaya dan juga memiliki keunikan tersendiri.
Ragam tradisi masih dilestarikan dan dijunjung tinggi oleh penduduk desa ini. Untuk itu, jika Anda berkunjung kesini, kemungkinan Anda bisa melihat salah satu tradisi yang sedang digelar oleh penduduknya, salah satunya adalah tradisi Aci Rah Pengangon atau tradisi perang Tipat – Bantal.
Tradisi perang Tipat- Bantal ini biasanya dilaksanakan sekitar bulan September hingga Oktober setiap purnama kapat atau bulan purnama keempat dalam penanggalan Bali.
Selain ragam tradisi yang menarik perhatian, desa adat di Bali yang satu ini juga memiliki sebuah Pura yang cukup terkenal yaitu Pura Sada. Pura ini berlokasi di sekitar pemukiman penduduk dan dipercaya sebagai salah satu pura tertua yang konon dibangun di kisaran tahun 830 Masehi.
Tak hanya itu, tentunya Anda juga akan disuguhi oleh pemandangan khas pedesaan yang sangat indah yang mempu menyegarkan mata Anda. Hal ini dikarenakan kawasan Desa Kapal tidak sepadat kota sehingga menghadirkan suasana yang tenang dan damai.
Tempat belanja jastip di bangkok - Bangkok, ibu kota Thailand, dikenal sebagai surganya pemburu barang…
Bangkok, ibu kota Thailand, terkenal dengan mall-mall mewah dan modern. Mereka menawarkan pengalaman berbelanja, kuliner,…
Selamat datang di Jakarta, ibu kota Indonesia yang kaya akan pasar tradisional dan modern. Jakarta,…
Di Jakarta, kita bisa menemukan surga kuliner yang tak tergantikan. Mulai dari Monas hingga Kota…
Selamat datang di petualangan kuliner kekinian di Jakarta! Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, menawarkan banyak…
Hal wajib yang tidak boleh ketinggalan untuk dibeli ketika ke Bandar Lampung adalah oleh oleh.…