Tradisi Maulud Nabi di Indonesia memang digelar cukup meriah di beberapa daerah. Tentunya setiap daerah yang merayakan Hari lahirnya Nabi Muhammad SAW ini memiliki tradisi yang berbeda-beda dan pastinya cukup unik. Nah, tradisi-tradisi tersebut tentunya cukup menarik untuk diikuti jika kebetulan kamu sedang berada di daerah tersebut. Apa sajakah tradisinya? Berikut adalah daftarnya.
Tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang pertama ada Kirab Ampyang. Kirab Ampyang ini merupakan sebuah tradisi memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW yang digelar di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah.
Tradisi Kirab Ampyang ini digelar dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan kerupuk, kemudian diarak keliling desa sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa. Saat tradisi ini berlangsung, setiap peserta juga turut menampilkan sejumlah kesenian. Setelah selesai di kirab, tandu yang berisikan ampyang tadi dibawa ke masjid untuk didoakan kemudian dibagikan kepada masyarakat untuk mendapatkan keberkahan.
Perjalanan Hati Ke Masjid Baiturrahman Banyuwangi
Berwisata Religi Di Makam Sunan Bungkul Surabaya
Tak jauh dari Kudus, kamu akan menemukan sebuah tradisi Maulud Nabi di Indonesia berikutnya di Kota Jogja, yaitu Grebek Maulid. Grebek Maulid ini merupakan sebuah tradisi merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang telah ada sejak zaman kesultanan Mataram dan sampai saat ini masih dipertahankan.
Tradisi ini dipenuhi dengan berbagai acara, seperti digelarnya Pasar Malam Sekaten hingga Gunungan sebagai acara puncaknya. Gunungan ini adalah sebuah tandu yang berisikan tumpukan makanan dan buah-buahan yang tinggi kemudian diarak menuju Masjid Agung Kauman untuk didoakan. Setelah didoakan, Sebagian dari gunungan ini dibagi-bagikan pada masyarakat umum.
Tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang tak kalah meriah berikutnya adalah tradisi Sebar Udikan yang dihelat oleh masyarakat Madiun. Sebar Udikan ini merupakan tradisi menyebarkan uang koin yang diwariskan nenek moyang.
Tradisi Sebar Udikan ini biasanya diramaikan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Biasanya agar tidak terjadi bentrokan, arena untuk penyebaran uang koin bagi anak-anak dan orang dewasa dipisah.
Setiap tahunnya masyarakat Mojokerto menggelar sebuah tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang tak kalah unik, yaitu Grebek Keres atau yang juga dikenal sebagai Keresan. Tradisi ini dimana warga berkumpul di bawah pohon keres yang telah digantung berbagai barang hingga makanan.
Tradisi Keresan ini telah ada sejak zaman dahulu dan sampai saat ini masih dilestarikan. Keresan ini pun memiliki makna dan filosofi, yaitu dalam satu pohon keres terdapat akar dan ranting yang banyak, hal tersebut menggambarkan tentang umat Nabi Muhammad SAW yang selalu berpegang teguh pada ajaran-Nya. Pohon keres juga memiliki akar yang kuat dan bisa tumbuh cepat, akar kuat tersebut membawa nilai seoga warga selelu Bersatu dalam satu ukhuwah.
Tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang tak kalah unik dan penuh makna berikutnya adalah tradisi Endhog-Endhogan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi setiap tahunnya untuk mewujudkan semangat gotong royong dalam peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW.
memang terbilang cukup unik, yaitu dengan mengarak ratusan telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang dan acak, yaitu wadah yang berisi nasi dan aneka lauk. Setelah diarak, jodang dan ancak dibawa ke masjid untuk kemudian dibacakan salawat dan doa. Tradisi ini kemudian diakhiri dengan pembagian telur untuk dimakan Bersama. Endhog-Endhogan ini juga memiliki filosofi soal kepedulian pada sesama dengan cara berbagi.
Masyarakat Pulau Madura juga kerap menggelar tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang cukup meriah. Mereka biasa menyebut tradisi ini sebagai Muludhen yang biasanya diisi dengan pembacaan barzanji atau Riwayat hidup Nabi dengan sedikit selingan ceramah keagamaan yang mengkisahkan tentang kebaikan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya untuk kemudian menjadi tauladan.
Pada tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat Pulau Madura akan berduyun-duyun datang ke Masjid untuk merayakan Maulid Agung. Saat Maulid Agung, para Wanita akan datang ke masjid dengan membawa talam yang berisikan tumpeng. Di sekeliling tumpeng tersebut dipenuhi dengan buah-buahan yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan pada tumpengnya.
Meuripee merupakan sebuah tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang digelar oleh masyarakat Aceh. Masyarakat Aceh biasanya merayakan Maulud Nabi ini dengan memasak Bersama yang mana untuk menyiapkan perayaan ini mereka akan urunan atau dalam Bahasa Aceh disebut Meuripee.
Uang dari hasil urunan tersebut digunakan untuk membeli berbagai bahan masakan dan kebutuhan lainnya. Masakan yang sering dibuat untuk menyambut Maulid Nabi ini adalah kuah kari dengan daging sapi.
Tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang juga penuh makna selanjutnya adalah Panjang Jimat. Panjang Jimat ini merupakan tradisi yang digelar oleh Keraton Cirebon dalam merayakan Maulud Nabi.
Upacara ini biasanya akan dihadiri oleh ribuan masyarakat yang datang dari berbagai daerah. Mereka datang ke keraton hanya untuk menyaksikan prosesi ini. Tak hanya itu, peringatan ini juga digelar di makam Sunan Gunung Jati. Biasanya makam Sunan Gunung Jati akan dipadati oleh ribuan orang yang ingin menghabiskan waktu saat malam Maulud Nabi.
Garut juga menjadi salah satu daerah yang kerap menggelar tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang cukup meriah. Tradisi ini dikenal dengan nama Ngalungsur Pusaka, yaitu proses upacara ritual dimana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga dan digosok dengan minyak wangi setiap tahunnya agar tidak berkarat.
Pusata tersebut menjadi symbol perjuangan dan perilaku Sunan Rohmat yang semasa hidupnya memperjuangkan agama Islam. Proses pencucian pusaka tersebut disaksikan oleh peserta upacara.
Bungo Lado atau yang memiliki arti Bunga Cabai ini merupakan sebuah tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang digelar di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Bungo lado merupakan pohon hias yang berdaun uang. Uang kertas dari berbagai macam nominal tersebut ditempel di ranting-ranting pohon kemudian dipercantik dengan kertas hias.
Tradisi ini juga menjadi kesempatan bagi masyarakat Padang maupun perantau yang berada di Padang untuk menyumbang pembangunan rumah ibadah di daerah tersebut. Untuk itu, masyarakat dari beberapa desa akan membawa bungo lado ini. Pohon uang tersebut kemudian akan dikumpulkan dan biasanya jumlahnya mencapai puluhan juta rupiah. Sumbangan bungo lado ini merupakan symbol dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah.
Tradisi Maulud Nabi di Indonesia yang terakhir adalah Walima. Walima merupakan sebuah tradisi tua yang digelar oleh masyarakat Gorontalo secara turun temurun.
Tradisi Walima ini dimana masyarakat Muslim menyiapkan beragam kue tradisional, seperti ceruti, wapili, buludeli dan pisangi yang disusun sedemikian rupa kemudian diarak dari rumah menuju masjid. Kue khas Walima tersebut diarah menggunakan mobil sehingga menarik perhatian ribuan warga.
Terletak di kaki Gunung Lawu, Air Terjun Srambang Park Ngawi menawarkan keindahan alam yang luar…
Kami mengajak Anda untuk mengeksplor ketan durian, khas Wonosalam, Jombang. Ini adalah paduan sempurna antara…
Jawa Timur terkenal sebagai pusat durian terbaik di Indonesia. Wisata Durian Wonosalam di Kabupaten Jombang…
Di Bali, tempat sesajen sangat penting. Mereka menghubungkan manusia, alam, dan Tuhan. Pura Bali, rumah…
Belly dance, atau tari perut, berasal dari Timur Tengah, terutama Mesir. Ini adalah seni tarian…
Kami, masyarakat suku Dayak di Kalimantan, memiliki tradisi kuping panjang yang unik. Ini telah menjadi…