10 Kelenteng di Surabaya: Wisata Religi dan Budaya yang Memukau


admin  September 23, 2024  0 Comment

Di Surabaya, kita bisa menemukan banyak kelenteng atau kuil Tionghoa. Mereka menawarkan pengalaman wisata religi dan budaya yang luar biasa. Setiap kelenteng memiliki arsitektur yang indah dan sejarah panjang.

Menjelajahi 10 kelenteng unik di Surabaya ini akan membawa kita ke dalam dunia budaya Tionghoa yang kaya. Ini adalah pengalaman menarik untuk dieksplorasi.

Kota Surabaya, dikenal sebagai Kota Pahlawan, memiliki warisan budaya Tionghoa yang kaya. Ada kelenteng tua yang menyimpan sejarah dan tempat ibadah modern dengan arsitektur yang memukau. Surabaya menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi pecinta wisata religi dan budaya.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi 10 kelenteng di Surabaya yang menawarkan pesona unik. Kita akan mengunjungi Kelenteng Sanggar Agung yang megah dan menikmati upacara tradisional Tionghoa di kelenteng-kelenteng bersejarah. Semua ini akan memberikan kesan mendalam tentang kekayaan budaya Tionghoa di Surabaya.

Kelenteng Sanggar Agung: Kemegahan dan Sejarah di Tepi Pantai

Kelenteng Sanggar Agung terkenal di Surabaya karena arsitektur uniknya. Terletak di Kenjeran Park, klenteng ini menawarkan pemandangan Pantai Kenjeran yang memukau. Luasnya 4.000 meter persegi membuatnya tampak megah.

Lokasi Kelenteng Sanggar Agung

Terletak di Jl. Sukolilo No. 100, Surabaya, Kelenteng Sanggar Agung menarik banyak pengunjung. Lokasinya di tepi pantai menambah keindahan alam dan nuansa spiritual.

Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Kelenteng Sanggar Agung

  • Beribadah dan memanjatkan doa di dalam kelenteng
  • Bersantai menikmati pemandangan alam yang indah
  • Berfoto di Gerbang Langit yang menjadi ikon kelenteng
  • Menyaksikan keindahan Jembatan Suramadu di malam hari
  • Melihat hutan bakau yang mengelilingi kelenteng
  • Menyaksikan pertunjukan barongsai saat perayaan Imlek

Kisah Sejarah Kelenteng Dewi Kwan Im

Kelenteng Sanggar Agung dibangun untuk Dewi Kwan Im Laut Selatan. Awalnya bernama Kwan Kong Bio, klenteng ini pindah tiga kali sebelum resmi dibuka tahun 1999. Sekarang, tempat ini menjadi tujuan wisata religi di Surabaya.

Kelenteng Sanggar Agung unik dalam arsitektur dan sejarahnya. Lokasinya di tepi pantai menarik banyak wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan nuansa spiritual.

Kelenteng Hong Tiek Hian: Kelenteng Tertua di Pecinan Surabaya

Di Surabaya, klenteng hong tiek hian adalah kelenteng tertua yang masih ada. Bangunannya berada di klenteng di pecinan surabaya. Bangunan ini telah melihat banyak perubahan di Kota Pahlawan selama berabad-abad.

Klenteng hong tiek hian surabaya dibangun di masa Khubilai Khan. Ini adalah saksi awal komunitas Tionghoa di Surabaya. Selain tempat ibadah, kelenteng ini juga tempat pertunjukan wayang potehi yang menarik.

Arsitektur uniknya dengan dua bangunan utama dan jembatan di tengah menjadikannya ikon budaya Tionghoa. Di sini, pengunjung bisa melihat ritual keagamaan dan menikmati keindahan bangunan.

Nama KelentengTahun DidirikanLokasi
Kelenteng Kim Hin Kiong1153Gresik
Kelenteng Hong Tiek HianAwal era MajapahitSurabaya
Kelenteng Tjoe Tik KiongSekitar 1700Pasuruan
Kelenteng Kwan Sing Bio1773Tuban
Kelenteng Tjoe Hwie KiongSekitar 1817Kediri

Klenteng hong tiek hian menawarkan sejarah panjang dan arsitektur yang memukau. Ini adalah destinasi wisata religi dan budaya di Surabaya.

Baca juga :  11 Tempat Wisata Batu Malang Keindahannya Bagaikan Surga

kelenteng hong tiek hian surabaya

Pengalaman Menyaksikan Kemegahan Arsitektur Klenteng Surabaya

Ketika mengunjungi klenteng di Surabaya, kami terkesan dengan keindahan arsitektur. Arsitektur arsitektur klenteng surabaya yang berusia ratusan tahun ini memukau.

Mengagumi Bangunan Klenteng Bersejarah

Atap klenteng yang unik dengan warna-warni mencolok menarik perhatian kami. Ornamen rumit di dinding dan interior klenteng juga menarik perhatian. Setiap detail bangunan klenteng bersejarah di surabaya menceritakan sejarah dan filosofi.

Menyaksikan Upacara Tradisional Tionghoa

Mengunjungi klenteng di Surabaya memberi kesempatan untuk menyaksikan upacara tradisional tionghoa di kelenteng surabaya. Ritual-ritual keagamaan dan budaya Tionghoa, seperti perayaan Imlek, menarik perhatian kami.

Menikmati keindahan arsitektur dan kemeriahan upacara tradisional di klenteng Surabaya sangat berharga. Ini adalah pengalaman yang wajib dicoba bagi yang ingin mengenal budaya Tionghoa.

Mengenal Lebih Dekat Filosofi dan Budaya Tionghoa

Menjelajahi klenteng-klenteng di Surabaya memberikan pengalaman unik. Kita bisa mengenal lebih dekat filosofi budaya tionghoa di kelenteng surabaya. Mulai dari simbol-simbol, patung dewa-dewi, hingga filosofi warna dan elemen arsitektur klenteng. Semua ini menunjukkan kekayaan budaya tionghoa di kelenteng surabaya yang kaya.

Kelenteng Coklat, dibangun tahun 1821, adalah salah satu klenteng tertua di Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya telah menetapkan sebagai cagar budaya. Di dalamnya, ada 22 altar untuk berbagai dewa-dewi, termasuk Thian Siang Sing Boo atau Ma Co Poh.

Di Kelenteng Coklat, kita bisa melihat dekorasi bergaya Tionghoa yang antik. Warna merah dengan ukiran emas dominan. Bahkan, ada mural yang menceritakan cerita legendaris Tiga Kerajaan dari sejarah Tiongkok.

Tidak hanya Kelenteng Coklat, klenteng-klenteng lain di Surabaya juga kaya akan filosofi dan budaya Tionghoa. Menjelajahi klenteng-klenteng ini memberikan kesempatan untuk mengenal lebih dekat warisan budaya yang penting bagi Kota Surabaya.

kelenteng di surabaya: Menyelami Makna Dibalik Simbol dan Ornamen

Ketika kita mengunjungi kelenteng di Surabaya, kita tidak hanya melihat keindahan arsitektur. Ada makna dan filosofi yang tersembunyi di balik simbol dan ornamen.

Patung Dewa-Dewi di Kelenteng

Patung-patung dewa dan dewi adalah bagian penting dari kelenteng. Mereka termasuk Dewi Kwan Im, Shan Nan, Tong Nu, dan empat maharaja pelindung dunia. Masing-masing memiliki makna dan peran penting dalam kepercayaan Tionghoa.

Memahami kisah dan filosofi di balik patung-patung ini memperkaya pemahaman kita tentang budaya Tionghoa.

Filosofi Warna dan Elemen dalam Kelenteng

Warna dan simbol tertentu juga menarik di kelenteng Surabaya. Warna seperti merah, kuning, dan emas memiliki makna filosofis yang mendalam. Begitu juga dengan elemen seperti naga, phoenix, dan pepohonan bakau yang sering ditemukan.

Memahami filosofi di balik penggunaan warna dan elemen ini memperkaya pengalaman kita saat mengunjungi kelenteng-kelenteng di Surabaya.

Dengan mempelajari makna dari simbol-simbol dan ornamen di kelenteng, kita memahami lebih dalam tentang budaya Tionghoa. Pengetahuan ini membuat kunjungan ke kelenteng-kelenteng di Surabaya menjadi pengalaman yang lebih bermakna.

Berwisata Religi di Kelenteng Tua dan Bersejarah

Menyelami wisata religi di kelenteng tua dan bersejarah di Surabaya sangat memukau. Kita bisa menikmati keindahan arsitektur dan ornamen yang luar biasa. Kita juga belajar banyak tentang sejarah komunitas Tionghoa di Surabaya.

Menjelajahi kelenteng-kelenteng bersejarah membantu kita memahami agama dan budaya Tionghoa. Mereka telah menjadi bagian penting dari identitas Surabaya.

Kelenteng Hok An Kiong adalah salah satu kelenteng tua yang harus dikunjungi. Didirikan sekitar tahun 1830-an, terletak di Jalan Coklat Nomor 2. Awalnya, tempat ini adalah tempat ibadah dan peristirahatan bagi pelaut Tionghoa.

Kelenteng Boen Bio di Jalan Kapasan Nomor 131 juga menawarkan pengalaman budaya Tionghoa yang kaya. Didirikan pada tahun 1883, tempat ini penuh dengan makna simbolik dan filosofi.

Pada Imlek, kelenteng-kelenteng di Surabaya dipenuhi warga Tionghoa. Mereka datang untuk beribadah dan memohon berkat. Kelenteng Hong Tiek Hian adalah salah satu yang paling terkenal. Di sini, kita bisa menyaksikan pertunjukan wayang Potehi yang menarik.

Baca juga :  10 Tempat Snorkeling di Jawa Timur Miliki Keindahan Hayati Bawah Laut

Menjelajahi kelenteng-kelenteng tua dan bersejarah di Surabaya sangat berharga. Ini membantu kita memahami warisan budaya Tionghoa yang kaya. Jangan lewatkan kesempatan untuk memahami makna di balik simbol-simbol dan ornamen yang memesona.

Atraksi Unik di Kelenteng Surabaya

Kelenteng di Surabaya bukan hanya tempat ibadah. Mereka juga menjadi tempat pertunjukan budaya Tionghoa yang menarik. Atraksi di kelenteng surabaya, seperti pertunjukan barongsai dan liong, menarik banyak pengunjung, terutama saat Imlek. Pertunjukan ini membuat suasana lebih meriah dan memperkenalkan kekayaan budaya Tionghoa.

Pertunjukan Barongsai dan Liong

Pertunjukan barongsai dan liong sangat populer di kelenteng Surabaya. Saat Imlek dan hari raya Tionghoa, pengunjung bisa melihat tarian penuh warna dari kedua makhluk mistis ini. Barongsai dan liong menambah keindahan dan kekayaan budaya Tionghoa.

Pertunjukan ini tak hanya indah secara visual. Mereka juga mengajak pengunjung untuk merasakan budaya Tionghoa. Suara genderang dan simbol-simbol tradisional menciptakan pengalaman budaya yang tak terlupakan.

Mengunjungi Klenteng Terbesar dan Termegah di Surabaya

Di Surabaya, banyak klenteng yang terkenal. Salah satunya adalah Kelenteng Sanggar Agung. Bangunannya besar dan arsitekturnya indah, menjadikannya ikon wisata religi terpopuler di kota ini.

Ada juga klenteng lain di Surabaya yang terbesar dan termegah. Mari kita lihat lebih dekat tentang klenteng terbesar dan termegah di Surabaya:

  • Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban, dibangun tahun 1773, adalah kelenteng tertua di wilayah ini. Salah satu kelenteng terbesar di Asia Tenggara.
  • Kelenteng Tay Kak Sie di Semarang, didirikan tahun 1746, dikenal sebagai kelenteng terbesar, lengkap, dan tertua di Jawa Tengah.
  • Kelenteng Chandra Nadi di Palembang, berdiri sejak 1773, kelenteng pertama di Palembang. Memiliki sejarah penting dengan makam Sin Kong.
  • Kelenteng Tek Hay Kiong di Tegal, didirikan tahun 1690, menunjukkan keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia sebelum era kolonial Belanda.
  • Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang memiliki sejarah kaya sejak abad ke-15. Dipugar tahun 2002 menjadi lebih megah.

Kelenteng Hong Tiek Hian di Surabaya diyakini sebagai kelenteng tertua di kota ini. Didirikan tahun 1293 oleh pasukan Tar-Tar.

Jadi, jika Anda ingin mengunjungi klenteng terbesar dan termegah di Surabaya, Kelenteng Sanggar Agung dan beberapa kelenteng lainnya adalah tujuan menarik untuk Anda jelajahi.

Mencicipi Kuliner Khas Tionghoa di Sekitar Kelenteng

Ketika kita ke kelenteng di Surabaya, kita bisa coba banyak kuliner khas Tionghoa. Ada makanan seafood segar dan jajanan kaki lima yang enak. Semua ini mudah ditemukan di sekitar klenteng Surabaya. Makanan ini membuat pengalaman wisata kita lebih lengkap.

Bakso kelenteng adalah hidangan populer di sekitar kelenteng. Rasanya khas Tionghoa dan disukai banyak orang. Juga, mie ayam, lumpia, dan es cendol adalah jajanan yang wajib dicoba.

Kita harus menjaga kebersihan dan tidak buang sampah sembarangan. Kita juga harus pakai pakaian sopan saat ke kelenteng.

Jenis KulinerHarga
Bakso KelentengRp 10.000 – Rp 15.000
Mie AyamRp 12.000 – Rp 18.000
LumpiaRp 8.000 – Rp 12.000
Es CendolRp 5.000 – Rp 8.000

Nikmati kuliner khas Tionghoa di sekitar kelenteng. Ini akan membuat pengalaman wisata budaya dan religi kita di Surabaya lebih menyenangkan.

Menikmati Suasana Khidmat Saat Hari Raya Imlek

Suasana di klenteng-klenteng Surabaya sangat khidmat saat Imlek. Pengunjung bisa lihat ritual ibadah dan pertunjukan budaya. Dekorasi dan ornamen yang meriah juga menambah keindahan saat perayaan imlek di kelenteng surabaya.

Perayaan Tahun Baru Imlek di Kelenteng

Imlek 2569 Kongzili dimulai 16 Februari 2018 sampai 4 Februari 2019. Bersih-bersih rumah sebelum Imlek dianggap penting untuk mendapatkan rezeki. Warna cerah seperti merah dan pink melambangkan keceriaan.

Tradisi memungut sampah dengan tangan agar nasib baik. Menyampaikan doa dan bersilaturahim adalah bagian dari Cap Go Meh. Hari Imlek menandai akhir musim dingin dan awal musim semi.

Saat suasana hari raya imlek di kelenteng surabaya, ada ritual unik. Misalnya, potong rambut sebelum Imlek untuk buang kesialan. Bubur dianggap makanan pembawa kesialan, jadi lebih baik makan lontong.

Baca juga :  Yuk Bun, Ajakin Si Kecil Liburan Ke 12 Wisata Edukasi di Blitar

Presiden Nomor 19 Tahun 2002 menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. Kalender Imlek diciptakan oleh Huang Di, nabi ke-4 dalam agama Khonghucu.

Membaur dengan Budaya Tionghoa di Surabaya

Kunjungan ke kelenteng-kelenteng di Surabaya memberi kesempatan untuk mengalami wisata religi. Kita juga bisa membaur dengan budaya Tionghoa yang kaya. Melalui interaksi dengan masyarakat dan pengamatan ritual-ritual, kita bisa menghargai kekayaan budaya Tionghoa di Surabaya.

Surabaya, kota beragam, memiliki sejarah panjang dengan komunitas Tionghoa. Pada masa kolonial, terdapat kebijakan Wijkenstelsel yang memisahkan kawasan berdasarkan etnis. Meski demikian, membaur dengan budaya Tionghoa di kelenteng Surabaya tetap terjadi hingga saat ini.

Kawasan-kawasan seperti Ampel dan pecinan di Kembang Jepun serta Kapasan masih eksis. Mereka menjadi daya tarik wisata karena kental dengan pengaruh budaya Tionghoa. Kita bisa melihat karakteristik unik dari pecinan-pecinan ini, menjadikannya tujuan budaya dan wisata yang erat dengan identitas Tionghoa.

Kawasan Pecinan di SurabayaKarakteristik
Kembang JepunLebih dikenal, menarik bagi kalangan atas
Kapasan DalamCatering untuk kelas menengah-bawah Tionghoa

Contoh kelenteng menarik adalah Kelenteng Boen Bio di Kapasan. Dibangun oleh pengrajin Tionghoa dengan arsitektur khas Tionghoa. Dekorasi di dalamnya pun memiliki makna simbolik, seperti tangga curam yang melambangkan sulitnya menjalani kehidupan suci.

Polres Kebumen membersihkan kelenteng-kelenteng sebelum perayaan Tahun Baru Imlek. Ini menunjukkan budaya Tionghoa di Surabaya telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan kehidupan sehari-hari.

Melacak Sejarah dan Perkembangan Klenteng di Surabaya

Surabaya, kota dengan kekayaan budaya yang luar biasa, memiliki banyak cerita menarik tentang klenteng (kelenteng) atau klenteng dalam komunitas Tionghoa. Kota ini memiliki 10 klenteng yang masing-masing punya cerita unik tentang asal-usul dan evolusi mereka.

Menelusuri sejarah klenteng di Surabaya memberikan kita wawasan tentang kontribusi budaya Tionghoa. Dari perpindahan lokasi hingga pembangunan klentengklenteng tua, semua cerita ini penuh dengan nilai-nilai luhur yang patut kita pelajari dan lestarikan.

Klenteng Sanggar Agung, dibangun di tepi Pantai Kenjeran pada tahun 1999, adalah salah satu ikon Surabaya. Klenteng ini juga menyimpan sejarah panjang tentang perkembangan komunitas Tionghoa di kota ini.

Klenteng Hong Tiek Hian di Pecinan Surabaya adalah salah satu klenteng tertua di kota ini. Klenteng ini memiliki sejarah yang kaya akan budaya dan tradisi Tionghoa.

Dengan menjelajahi klentengklenteng bersejarah di Surabaya, kita bisa memahami makna filosofis dan simboliknya. Dari patung dewa-dewi hingga elemen arsitektur, semua menyimpan pesan mendalam tentang keyakinan dan budaya masyarakat Tionghoa.

Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk melacak sejarah dan perkembangan klenteng di Surabaya. Selain menikmati keindahan arsitekturnya, kita juga bisa mengungkap kehebatan kontribusi budaya Tionghoa dalam membentuk identitas kota ini.

Mengunjungi Kelenteng Unik dan Eksotis di Surabaya

Surabaya tidak hanya punya kelenteng-kelenteng besar. Ada juga kelenteng unik di surabaya dan kelenteng eksotis di surabaya yang menarik. Arsitektur kelenteng surabaya yang memukau membuat mereka menjadi tempat wisata religi yang luar biasa. Menjelajahi kelenteng-kelenteng dengan arsitektur yang mengagumkan di Surabaya memberikan pengalaman budaya yang berbeda.

Kelenteng dengan Arsitektur Mengagumkan

Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban adalah kelenteng terbesar di Asia Tenggara. Terletak di atas lahan seluas 4 hektar. Kelenteng Tay Kak Sie di Semarang dibangun pada tahun 1746. Arsitekturnya unik dengan banyak ornamen dekoratif dan simbol-simbol khas abad ke-19.

Kelenteng Hong Tiek Hian di Surabaya adalah kelenteng tertua di Surabaya. Dibangun oleh pasukan Tartar pada masa awal Kerajaan Majapahit.

  • Kelenteng Tri Dharma Chandra Nadi di Palembang dibangun pada tahun 1733. Menawarkan pengalaman unik menjelajahi kelenteng dengan menggunakan perahu tradisional.
  • Kelenteng Caow Eng Bio di Bali lebih dari 470 tahun. Memadukan arsitektur Bali tropis dengan nilai-nilai budaya Tionghoa.
  • Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya memadukan budaya Cina dan Arab dalam bangunannya yang unik.

Jelajahi kelenteng-kelenteng dengan arsitektur mengagumkan di Surabaya. Ini membantu kita mendalami budaya dan sejarah Tionghoa yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan filosofis.

Berdoa dan Memohon Berkah di Kelenteng Surabaya

Kunjungan ke kelenteng di Surabaya tak hanya menikmati keindahan arsitektur dan budaya Tionghoa. Kami juga bisa berdoa dan memohon berkah. Suasana di dalam kelenteng yang khidmat dan sakral membuat pengalaman rohani kami lebih mendalam.

Berbagai ritual dan persembahan spiritual dilakukan di kelenteng-kelenteng ini. Ini menjadikan tempat ini ideal untuk mendekatkan diri dan memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Rumah Suci, didirikan oleh alm. Yogi Pawitra pada tahun 1950, adalah tempat untuk berdoa di kelenteng Surabaya. Sanggar Suci, didirikan di Lawang pada tahun 1953, juga menawarkan pengalaman spiritual mendalam.

Warisan spiritual Ta Laoshe, yang lahir di Pontianak dan wafat di Bangkok, membentuk tradisi memohon berkah di kelenteng Surabaya. Rumah ibadah ini kini menjadi tempat pelatihan spiritual. Kami bisa menjalankan ritual dan memohon perlindungan dari yang Mahakuasa.



Leave a Reply